UM Surabaya

 

Nama Roeslan Abdul gani bukanlah nama asing bagi masyarakat dan sejaraawan, sosoknya yang ‘humble’ dan cerdas mengantarkanya sebagai salah seorang  tokoh yang menjadi kepercayaan Bung Karno hingga ditunjuk menjadi salah satu menteri pada dua kabinet Bung Karno dan setelahnya. Ia juga tokoh yang paling keras menolak kelompok kiri, organiasi yang tergabung dalam Partai Komunis Indonesia (PKI).

Dalam memo yang ditulis Abdul Gani tertanggal 09 Mei 1991 M, Kyai Ahmad Dahlan, tokoh pertama yang disebut adalah pendiri Muhammadiyah.

Ia yang kita kenal karena upayanya  menggerakkan kaum pribumi dan  membangkitkan semangat masyarakat melalui pendidikan dan pengajaran nilai-nilai Islam, hingga hari ini melahirkan  176 Kampus, 400 Rumah sakit dan klinik hingga 15ribu Sekolah TK-SLTA.

Nama berikutnya yang ia tulis adalah HOS Cokroaminoto, seorang pemimpin pergerakan yang berpengaruh, dikenal karena kemampuannya dalam mengorganisir massa dan memperjuangkan hak-hak rakyat. Dan tentu saja, Bung Karno, yang kelak menjadi proklamator kemerdekaan, memainkan peran sentral dalam menginspirasi generasi muda untuk berjuang demi kebebasan.

Belakangan ketiga tokoh bangsa ini menjadi “punjer” lahirnya organisasi besar sebagai soko guru bangkitnya pergerakan Pemuda Indonesia. HOS sebagai pendiri Sarikat Islam (SI) dan “Putra Sang Fajar” Seokarno pendiri kelompok “wong” cilik dengan jargoen nasinalis marhaenis.

Bapak T (enggan disebut namanya) memberikan kesaksian dulu kakeknya sering bercerita tentang suasana masjid saat itu. “Kami sering mendengar pembicaraan para sesepuh mengenai sosok nama besar besar saat menggelar sejumlah acara untuk menggalang dukungan masyarakat untuk kegiatan sosial keagamaan,” ujarnya.

Tidak hanya kisah-kisah dari para tokoh, masjid ini juga menyimpan banyak kenangan bagi masyarakat sekitar. Rumah di gang dekat masjid, yang dulunya menjadi tempat tinggal beberapa tokoh, kini telah dijadikan Kantor Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Timur. Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai perjuangan yang diusung para tokoh tidak hanya berhenti di masjid, tetapi juga berkembang dalam organisasi-organisasi yang terus berkontribusi terhadap masyarakat.

“Kami ingin generasi muda menyadari betapa pentingnya ikon sejarah ini menjadi inspirasi dalam membangun masa depan,” kata Abdul, teman yang setahun belakangan tinggal di sekitar Langgar bersejarah itu.

“Masjid ini bukan hanya bangunan fisik, tetapi simbol perjuangan dan persatuan para tokoh bangsa menuju kebangkitan Indonesia hingga prokalamasi dikumandangkan,” pungkasnya. (m. roissudin)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini