Tradisi kepemimpinan di Muhammadiyah yang berlangsung biasa-biasa saja dan bukan juga dianggap sebagai tanda keterputusan antar periode.
Suksesi kepemimpinan di Muhammadiyah pada setiap level merupakan tradisi yang sangat menarik sebab jarang ditemukan di tempat lain.
Bahkan tidak jarang, sosok senior digantikan oleh yang lebih muda dan itu menjadi fenomena yang lumrah terjadi pada suksesi kepemimpinan di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah.
Ternyata kepemimpinan muda itu bisa membawa kemajuan yang signifikan.
Prinsip utama dalam kepemimpinan di Muhammadiyah, Islam bahkan kepemimpinan di manapun adalah amanah.
Dalam konteks ini, amanah juga dapat berarti kompetensi atau kemampuan. Prinsip ini melahirkan suatu sistem yang dalam teori kepemimpinan disebut sebagai meritokrasi.
Amanah juga bisa berarti sebagai trust atau kepercayaan, dalam hal ini amanah memberikan kenyamanan dan membuat penerima amanah dan yang menitipkan amanah bisa bekerja dengan saling percaya.
Sementara dalam teori kepemimpinan, amanah sebagai kepercayaan melahirkan akuntabilitas.
Prinsip amanah juga dapat dikaitkan atau dimaknai sebagai beban. Karena memang menjadi pimpinan itu tidak mudah, menjadi pimpinan itu tidak ringan.
Walaupun disebutkan bahwa ketua itu dimajukan selangkah dan ditinggikan seranting, tetapi tetap saja responsibility ketua itu lebih tinggi dibanding anggota.
Tradisi kepemimpinan lain yang unik di Muhammadiyah adalah setiap tokoh atau kader saling menolak untuk mencalonkan dan dicalonkan.
Bahkan tidak jarang suara terbanyak saat permusyawaratan, lebih memilih untuk tidak menjadi ketua, padahal peluangnya menjadi ketua terbuka begitu lebar.
Itu banyak terjadi di persmusyawaratan baik di tingkat wilayah maupun daerah, di mana suara terbanyak tidak otomatis menjadi ketua, ketika yang bersangkutan memilih untuk memberikan kesempatan kepada yang lain.
Ini saya kira menjadi tradisi, menjadi sistem yang berkembang di Muhammadiyah. (*)
(Disampaikan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof. Abdul Mu’ti dalam Pengukuhan Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan Áisyiyah (PDMA) Kabupaten Tegal, 27 Mei 2023).