Rahmat Allah di Balik Aib yang Tersembunyi
foto: linkedin
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana

Sejatinya, kita sering dianggap baik bukan semata karena banyaknya kebaikan yang kita lakukan, tetapi karena Allah dengan kasih sayang-Nya menutupi aib-aib kita.

Jika bukan karena Allah yang menutupi aib kita, mungkin tak seorang pun yang mau berteman atau bahkan mendekat dengan kita.

Sebagaimana perkataan Muhammad bin Waasi’ rahimahullah, “Seandainya dosa-dosa itu memiliki bau, maka tak seorang pun yang mau duduk bersamaku.”

Dosa, seperti halnya aib, adalah perbuatan buruk yang kita tidak ingin orang lain ketahui. Namun, ketika seseorang mengingatkan akan satu aib yang kita lakukan, janganlah kita marah atau dendam. Sebab, itu hanyalah secuil dari sekian banyak aib yang selama ini Allah tutupi.

Jangan pernah ujub (bangga diri) dengan amalan yang kita lakukan, dan jangan pula terpedaya dengan pujian orang lain. Sebab, andai satu saja aib kita diungkap oleh Allah, semua pujian itu akan berubah menjadi celaan.

Sebagai penutup, kita bisa memohon kepada Allah dengan doa ini:

اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ

“Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaanku daripada diriku sendiri, dan aku lebih mengetahui keadaanku daripada mereka. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku atas apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah Engkau menghukumku atas perkataan mereka.” (H.R. al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4/228, no.4876).

Dengan terus mengingat bahwa Allah yang Maha Pengasih masih menutupi aib kita, kita diajak untuk tetap rendah hati, bersyukur, dan memperbaiki diri.Jalaluddin As-Suyuthi, 25/145, Asy Syamilah). (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini