Meninggalkan yang Sia-Sia, Kunci Kebaikan Seorang Muslim
foto: unsplash
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana

Salah satu tanda baiknya seorang muslim adalah kemampuannya untuk meninggalkan hal-hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat.

Setiap detik waktu seharusnya diisi dengan aktivitas yang memberi manfaat, baik untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat.

Sebaliknya, seseorang yang tidak baik dalam menjalankan Islam akan terjebak dalam hal-hal yang tidak berguna.

Rasulullah Muhammad saw bersabda:

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

“Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani menyatakan bahwa hadis ini sahih).

Hadis ini mengisyaratkan bahwa salah satu indikator kebaikan seseorang dalam beragama adalah meninggalkan segala hal yang tidak bermanfaat, baik itu perkataan maupun perbuatan (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 288).

Tanda baik seorang muslim meliputi melaksanakan setiap kewajiban dan meninggalkan segala yang haram, seperti yang disampaikan dalam sabda Nabi saw:

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

“Seorang muslim (yang baik) adalah yang tangan dan lisannya tidak menyakiti orang lain.” (HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40).

Jika Islam seseorang baik, maka ia pasti akan meninggalkan perkara yang haram, syubhat, serta perkataan yang makruh, termasuk berlebihan dalam hal-hal yang mubah yang sebenarnya tidak diperlukan. Dengan demikian, meninggalkan hal yang tidak bermanfaat menunjukkan kualitas keislaman yang baik (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 289).

Ibnu Rajab rahimahullah menjelaskan, “Mayoritas perkara yang tidak bermanfaat muncul dari lisan yang tidak terjaga, sehingga sibuk dengan perkataan sia-sia” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 290).

Al-Qur’an pun menegaskan bahwa setiap ucapan manusia diawasi oleh malaikat. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya.” (QS. Qaaf: 16).

Dalam hadits, Nabi saw juga menyampaikan:

إِنَّ مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ قِلَّةَ الْكَلاَمِ فِيمَا لاَ يَعْنِيهِ

“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah mengurangi berbicara dalam hal yang tidak bermanfaat.” (HR. Ahmad 1: 201).

Abu Ishaq Al Khowwash menambahkan: “Sesungguhnya Allah mencintai tiga hal: sedikit makan, sedikit tidur, dan sedikit bicara. Sedangkan perkara yang dibenci adalah banyak bicara, banyak makan, dan banyak tidur” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 5: 48).

Seringkali, orang mengira bahwa meninggalkan hal yang tidak bermanfaat berarti tidak melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Padahal, mengajak pada kebaikan dan melarang kemungkaran adalah aktivitas yang sangat bermanfaat. Allah Ta’ala berfirman:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan…” (QS. Ali Imran: 104).

Oleh karena itu, nasehat kepada sesama muslim, baik melalui mimbar maupun tulisan, termasuk dalam kategori aktivitas bermanfaat yang dapat mendatangkan pahala jika dilakukan dengan niat yang ikhlas.

Ya Allah, berilah kami petunjuk untuk mengisi hari-hari kami dengan hal yang bermanfaat dan menjauhi hal yang tidak berguna.

Dengan menghindari yang sia-sia, kita dapat memperbaiki kualitas keislaman dan mendekatkan diri kepada-Mu. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini