Menggenggam Rezeki, Hikmah di Balik Pembagian Allah
foto: farmson
UM Surabaya

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Hari ini, marilah kita akan membahas nikmat rezeki. Marilah kita berusaha meningkatkan kualitas iman dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan menjauhi segala larangan-Nya.

Allah Ta’ala adalah penjamin rezeki bagi hamba-hamba-Nya, melapangkan rezeki bagi sebagian orang dan menyempitkan bagi yang lain, semua itu dilakukan dengan hikmah yang sempurna.

Ketika Allah Subhanahu Wa Ta’ala menghendaki sesuatu terjadi, itu pasti berdasarkan ilmu, kebijaksanaan, dan keadilan-Nya.

Apabila Allah memberi anugerah, Dia melakukannya dengan karunia dan ihsan-Nya. Jika Allah mencegah atau memberi cobaan, itu adalah bentuk keadilan-Nya.

Ingatlah, rezeki bagaikan hujan yang tidak selalu turun merata. Terkadang hujan hanya menyapa daerah tertentu, seperti pegunungan atau desa, dan bisa mendatangkan rahmat maupun derita.

Sebagai contoh, ketika Allah ‘Azza Wa Jalla menenggelamkan kaum Nabi Nuh as yang membangkang, hujan yang menggenang menjadi bencana bagi mereka.

Maka, bersabarlah dan terus berdoa, karena yang mengatur rezeki adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bukan kita. Yakinlah bahwa jika rezeki kita belum datang, itu hanya soal waktu yang ditentukan-Nya.

Sementara itu, kita harus terus berdoa, bersabar, dan menjauhi prasangka buruk, terutama kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Apabila rezeki yang kita harapkan belum tiba, ingatlah bahwa semua ini adalah tentang waktu yang tepat menurut Allah, bukan menurut kehendak kita. Tetaplah semangat, karena tidak ada proses yang mudah untuk mencapai tujuan yang indah.

Harta dan dunia tidak dibagikan secara merata. Ada yang kaya, ada yang miskin, dan ada yang cukup.

Harta bisa membawa manfaat, tetapi juga bisa menjerumuskan ke dalam kesengsaraan. Semua perbuatan Allah pasti penuh hikmah dan maslahat, bersih dari kezaliman dan kesalahan. Alam semesta ini milik Allah, dan keputusan-Nya adalah bukti keagungan-Nya.

Allah Ta’ala berfirman: “Dan Allah melebihkan sebagian kalian atas sebagian yang lain dalam hal rezeki” (QS. An-Nahl: 71).

“Maka di antara makhluk ada yang kaya dan ada yang miskin. Dan Allah Maha Mengetahui tentang apa yang cocok bagi masing-masing di antara mereka” (QS. Al-‘Ankabuut: 62).

Mari kita ingat bahwa baik orang kaya maupun miskin, keduanya sama di sisi Allah, asal mereka bertakwa. Semakin bertakwa seseorang, semakin dicintai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Allah berfirman:

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kalian” (QS. Al-Hujuraat: 13).

Sebagai orang beriman, kita meyakini bahwa Allah-lah yang Maha Memberi rezeki, sebagaimana firman-Nya:

“Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh” (QS. adz-Dzariyat: 58).

Oleh karena itu, jemputlah rezekimu dengan cara yang halal. Pilihlah pekerjaan yang baik dan dibolehkan dalam Islam. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar kepada-Nya kalian menyembah” (QS. Al-Baqarah: 172).

Seorang Muslim harus memastikan bahwa nafkah yang diberikan berasal dari penghasilan yang baik, dan itu hanya bisa terwujud melalui pekerjaan yang halal.

Semoga bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini