Hukuman Keras Bagi Mereka yang Doyan Datangi Tukang Ramal
foto: ilyssa minkus
UM Surabaya

مَنْ أَتَى كَاهِنًا، أَوْ عَرَّافًا، فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

“Siapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkan apa yang dikatakannya, maka sungguh ia telah kufur kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Ahmad dan Ashabus Sunan dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, 3047)

Orang yang datang dan bertanya kepada dukun disetai keyakinan akan kebenaran si dukun bahwa dia mengetahui perkara ghaib maka ia telah kafir; karena ia telah menyalahi dan mendustakan firman Allah Ta’ala:

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ

“Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah”.” (QS. Al-naml: 65)

Siapa membenarkan dukun dalam ilmu gaib (perkara gaib yang disampaikannya) padahal dia tahu bahwa tidak ada yang mengetahui perkara gaib kecuali Allah, maka ia kafir kufur akbar yang mengeluarkan dari agama (Islam).

Jika ia jahil dan tidak meyakini bahwa dalam Alquran ada kedustaan, maka kufurnya adalah kufur di bawah kekafiran (tidak menjadi kafir).” (Al-Qaul Mufid: 1/335)

Orang yang datang untuk dan menanyakan sesuatu kepadanya, tanpa meyakini atau membenarkannya, maka salatnya selama 40 hari tidak akan diterima. Hal ini didasarkan kepada sabda Rasulullah saw:

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

“Siapa yang mendatangi tukang ramal (dukun) dan bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima salatnya selama empat puluh malam.” (HR. Muslim)

Seluruh ulama Ahlu Sunnah wal Jama’ah bersepakat bahwa penghuni neraka yang memiliki keimanan dalam hatinya, meski pun hanya seberat butir atom, akan keluar dari neraka.

لَيُصِيبَنَّ أَقْوَامًا سَفْعٌ مِنْ النَّارِ بِذُنُوبٍ أَصَابُوهَا عُقُوبَةً ثُمَّ يُدْخِلُهُمْ اللهُ الْجَنَّةَ بِفَضْلِ رَحْمَتِهِ يُقَالُ لَهُمْ الْجَهَنَّمِيُّونَ

“Bara neraka akan menghanguskan sekelompok orang karena sebab dosa yang mereka kerjakan. Kemudian Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga karena kemurahan dan rahmat-Nya. Mereka itulah jahannamiyun.”

Neraka adalah kekal. Penghuninya pun kekal. Namun, tidak semua penghuninya kekal di sana, dalam kungkungan azab yang dahsyat mengerikan. Azab neraka yang kekal hanya untuk orang-orang kafir.

Mati dalam kekafiran, pembangkangan kepada Zat yang telah mencipta, memberi karunia, dan melimpahkan segala yang dibutuhkannya. Ya, kebaikan dibalas dengan kejahatan. Bahkan kejahatan yang paling jahat, kekafiran!

Maka pantas bagi mereka, karena keadilan dan hikmah Allah yang Maha Agung, untuk mendapatkan yang setimpal, kekal dalam siksa.

Kekal dalam neraka bukan untuk pendosa dari kalangan kaum muslimin yang pantas dibakar di sana. Yaitu seorang muslim yang memandang remeh dosa dan kemaksiatan. Berkubang dalam dosa-dosa besar. Mati tidak sempat bertobat darinya.

Sementara Allah tidak mengampuninya, dan berkehendak membakarnya dalam neraka. Sekali lagi, karena keadilan dan hikmah-Nya, bukan kezaliman. Pun mereka tinggal di neraka dalam batas waktu. Tidak kekal sebagaimana orang kafir.

Setelah waktu yang Allah kehendaki, bersih dosa-dosa mereka dengan api neraka, Allah selamatkan mereka dari neraka. Allah angkat ke surga. Bahkan sebelum itu, Allah selamatkan sebagian mereka dengan syafaat ahli tauhid.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda:

“Allah benar-benar akan mengeluarkan sekelompok orang dari jahannam, telah busuk bau menyengat karena gosong terbakar neraka. Mereka masuk surga dengan syafaat pemberi syafaat. Merekalah yang dinamakan jahannamiyun.” (H.R. Ahmad dari sahabat Hudzaifah bin Yaman, disahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Zhilalul Jannah).

Rasulullah, imam ahli tauhid, juga akan memberikan syafaat kepada umat beliau. Memang, beliau sangat kasih sayang terhadap umat. Dalam riwayat Al Bukhari dari sahabat Imran bin Hushain, bahwa Rasulullah bersabda:

“Akan keluar sekelompok orang dari neraka, karena syafaat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian masuk surga, merekalah jahannamiyun.”

Salah satu bukti kemurahan dan rahmat Allah yang maha luas tidak terbatas. Allah membebaskan kaum muslimin dari neraka. Yaitu, para ahli tauhid yang terjatuh dalam dosa karena sikap meremehkan dosa. Kemudian Allah mengaruniakan mereka dengan surga.

Sebenarnya kalau kita mau berpikir, merenungi berbagai curahan nikmat dan limpahan karunia Allah, semuanya yang tak terhitung itu tidaklah sebanding dengan amal ibadah kita yang sangat sedikit.

Seandainya itu sebagai timbal balik tidak akan seimbang. Apalagi ibadah yang sedikit itu masih penuh kekurangan di sana sini. Dalam kata lain, kita masih belum mampu menunaikan kewajiban syukur.

Belum lagi berbagai dosa dan kemaksiatan, sama seperti dengan nikmat Allah yang terlimpahkan kepada kita, sama-sama tidak bisa dihitung.

Keutamaan Allah turun kepada kita, sementara kedurhakaan yang naik kepada Allah dari kita. Jujur, walaupun kita juga tidak bisa berbohong bahwa kita sangat takut dari neraka, kita malu untuk mengharap surga kepada Allah.

Malu kalau sekadar melihat dari amalan kita. Rasanya pantas masuk neraka. Kita berlindung kepada Allah dari neraka. Maka apabila Allah menyelamatkan kita dari neraka, tidak lain karena keutamaan dan rahmat-Nya semata.

Semoga selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, di dunia dan akhirat.

تَعَالَى أَخْرِجُوا مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ . فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا قَدِ اسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِى نَهَرِ الْحَيَا – أَوِ الْحَيَاةِ ، شَكَّ مَالِكٌ – فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِى جَانِبِ السَّيْلِ ، أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً . قَالَ وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا عَمْرٌو الْحَيَاةِ . وَقَالَ خَرْدَلٍ مِنْ خَيْرٍ

“Dari Abu Said Al-Khudri r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Setelah penduduk surga masuk ke surga dan penduduk neraka masuk ke neraka, maka Allah Ta’ala pun berfirman, ‘Keluarkanlah dari neraka orang-orang yang dalam hatinya terdapat iman walaupun sebesar biji sawi.’

Mereka pun dikeluarkan dari neraka. Hanya saja tubuh mereka telah hitam legam bagaikan arang. Oleh karena itu, mereka dilemparkan ke sungai Haya’ atau hayat –terdapat keraguan dari Imam Malik. Kemudian tubuh mereka berubah bagaikan benih yang tumbuh setelah banjir.

Tidakkah engkau melihat benih tersebut tumbuh berwarna kuning dan berlipat-lipat.” Wuhaib berkata, “Amr menceritakan kepada kami, “Sungai Al-Hayat” dan Wuhaib berkata, “kebaikan sebesar biji sawi.”

Setelah penduduk surga masuk ke surga dan penduduk neraka masuk ke neraka, maka Allah Ta’ala pun berfirman, ‘Keluarkanlah dari neraka orang-orang yang dalam hatinya terdapat iman walaupun sebesar biji sawi.’

Hadis ini menjelaskan bahwa kelak, orang-orang yang masuk ke surga berdiam di sana. Abadi dalam nikmat Allah SWT. Sementara, orang-orang yang masuk neraka akan “diseleksi” lagi.

Di antara mereka ada “penduduk tetap” yang kekal di neraka, yaitu orang-orang kafir dan munafik. Mereka yang tidak memiliki keimanan sedikit pun.

Sedangkan orang-orang mukmin yang masuk neraka karena kemaksiatannya namun masih memiliki iman, mereka menjadi “penduduk sementara”.

Suatu saat, dengan kehendak-Nya Allah SWT mengeluarkan mereka dari neraka. Allah memberi perintah:

أَخْرِجُوا مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ

“Keluarkanlah dari neraka orang-orang yang dalam hatinya terdapat iman walaupun sebesar biji sawi.”

مِثْقَالُ حَبَّةٍ (walaupun sebesar biji sawi) maksudnya adalah iman yang paling kecil.
Al-Khatabi menjelaskan, kata tersebut tidak bermaksud menunjukkan berat, namun standar dalam pengetahuan, karena mengungkapkan sesuatu yang terlintas dalam pikiran dengan sesuatu yang terlihat menjadikannya lebih mudah dipahami.

Jika diketahui benda yang paling kecil saat ini adalah nukleus (inti atom), bahkan proton atau neutron, maka itu pun bisa dipakai untuk memaknai maksud “habbah”. (*)

*) Dr. Ajang Kusmana, dosen Universitas Muhammadiyah Malang

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini