Filosofi Parenting Di Atas Papan Catur
foto: dragonImages/stock.adobe.com
UM Surabaya

Seorang anak membawa koran lusuh menghadap ke orang tuanya. Dia  menyampaikan hasil pengumuman sipenmaru. Hasilnya dia tidak lulus pada jurusan yang dia sangat amat inginkan, yaitu Teknik Mesin. Sang anak hanya memilih satu jurusan saat memasukkan formulir sipenmaru, dan ternyata gagal.

Ayahnya menyambutnya dan membesarkan hatinya. Bersabarlah, terbuka ruang waktu dan tempat, kesempatan tahun depan masih ada. Tersedia banyak jurusan dan universitas untuk menuntut ilmu.

Sang ayah menyadarkan anaknya tentang ketentuan takdir dan keutamaan bersabar jika belum beruntung. Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam mana Alquran surat Al Ahzab ayat 38:

مَّا كَانَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ مِنْ حَرَجٍ فِيمَا فَرَضَ ٱللَّهُ لَهُۥ ۖ سُنَّةَ ٱللَّهِ فِى ٱلَّذِينَ خَلَوْا۟ مِن قَبْلُ ۚ وَكَانَ أَمْرُ ٱللَّهِ قَدَرًا مَّقْدُورًا

“Tidak ada suatu keberatan pun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku. ”

Begitu pun Rasulullah saw bersabda dalam HR. Muslim yang berbunyi sebagai berikut:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Aku benar-benar takjub dengan perkara orang beriman. Sesungguhnya perkaranya semua adalah kebaikan dan itu tidak dimiliki oleh seorang pun kecuali bagi orang beriman. Jika mengenainya suatu kesenangan, dia bersyukur. Hal itu adalah baik baginya. Jika mengenainya suatu kesusahan, dia bersabar. Hal itu adalah baik baginya.”

Jika ananda sudah berusaha sekuat tenaga namun belum berhasil, maka itu sudah berada pada rana Sang Khalik karena dialah yang Maha Kuasa.

“Tidak ayah, saya telah putuskan tidak akan kuliah. Ingin cari kerja, membantu orang tua dan membiayai adik adik sekolah.”

“Ya sudah, nanti sore kita main catur.”

Parenting dan Catur

Pada situasi yang guncang karena perasaan kecewa yang mendalam, peran orang tua sangatlah vital untuk menjaga semangat anaknya menuntut ilmu menjadi tidak terkubur.

Dalam artikel di halodoc (20/7/2022), dr. Fadhli Rizal Makarim mengatakan, ternyata ada beberapa manfaat bermain catur untuk kesehatan otak.  Beberapa manfaat tersebut adalah meningkatkan konsentrasi dan daya ingat, menurunkan risiko pikun, belajar melatih strategi dan membaca cara berpikir orang lain, dan tak kalah pentingnya adalah melatih kesabaran.”

Sore tiba, permainan catur antara anak dan ayahnya dimulai. Permainan berlangsung sangat menegangkan. Karena hanya boleh bermain satu game saja, dan bukan kalah main lagi.

Nah, ketika, permainan berlangsung, pada langkah ke delapan, sang ayah melakukan kesalahan, sehingga pada langkah kedua belas, raja catur sang Ayah kena skakmat, dan kalah.

Tidak berhenti di situ, mereka berdua juga melakukan evaluasi. Keduanya sepakat dan menemukan letak kesalahannya bukan dilangkah akhir. Karena raja tidak dapat menghindar pada saat skakmat. Blunder sesungguhnya justru terjadi pada langkah kedelapan.

Nah, ada saat bersamaan, sang orang tua menyampaikan makna dan pesan yang dalam. Bahwa peristiwa langkah catur itu seperti langkah kita dalam menjalani kehidupan.

Untuk menggapai masa depan yang cemerlang, hidup berkualitas, bahagia di dunia menuju akhirat, diperlukan langkah positif. Salah satu yang utama adalah menuntut ilmu seluas luasnya dan tidak berhenti. Karena itu berhenti adalah langkah yang salah jika sampai dilakukan.

Nasehat dengan analogi permainan catur di atas ternyata tertanam dikepala sang anak, yang membuat pikirannya bergejolak karena bertentangan dengan keputusannya yang tidak ingin kuliah lagi dan memilih langsung bekerja.

Keesokan harinya, di tengah suasana menikmati sarapan pagi yang sederhana nan nikmat, sang anak menyampaikan bahwa ia berubah pikiran. Ingin kuliah dan membatalkan rencananya untuk langsung mencari kerja.

Alhamdulillah, sahut orang kedua tuanya. Selanjutnya, jika orang tua sudah mampu menetapkan visi, tugas berikutnya mencari dan memastikan langkah apa yang perlu dilakukan untuk mencapai visi tersebut. (*)

*) Lukman Rahim, S.T, Ketua Terpilih dalam Musycab ke-IX Pimpinan Cabang Muhammadiyah Wonokromo Surabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini