Ilmu, Anugerah Agung yang Bisa Jadi Bumerang
foto: islamonline
UM Surabaya

*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd,
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang

“Like the wind. Move with purpose, but don’t settle for recognition.”

(Seperti angin. bergeraklah dengan tujuan, tapi jangan menetap untuk sebuah pengakuan)

Ilmu adalah salah satu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT kepada manusia.

Namun, sayangnya, ilmu juga bisa menjadi bumerang bagi pemiliknya jika tidak disertai dengan sikap rendah hati.

Seringkali, kita terjebak dalam perangkap kesombongan setelah memperoleh ilmu, padahal kesombongan adalah sifat tercela yang sangat dibenci oleh Allah.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ ٱلْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ ٱلْجِبَالَ طُولًا

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al-Isra’: 37).

Ayat ini dengan tegas menunjukkan bahwa kesombongan tidak pantas bagi manusia. Sebaliknya, kaum Muslimin seharusnya menyadari kelemahan diri, bersikap rendah hati, dan menjauhi takabur. Sebagaimana dikatakan Wahb bin Munabbih rahimahullah,

“Sesungguhnya ilmu memiliki keangkuhan sebagaimana keangkuhan harta.” (An-Nubadz fi Adabi Thalabil Ilmi, hal. 185).

Banyak orang memahami bahwa harta adalah ujian besar bagi umat Islam dan sering kali menyebabkan kesombongan. Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً، وَفِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ

“Sesungguhnya pada setiap umat ada fitnah (ujian), dan fitnah umatku adalah harta.” (HR. Bukhari).

Demikian pula ilmu, yang tanpa disertai akhlak mulia bisa membuat pemiliknya angkuh. Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah mengingatkan:

“Ilmu itu ada tiga jengkal. Barangsiapa yang masuk jengkal pertama, dia menjadi sombong. Barangsiapa yang masuk jengkal kedua, dia menjadi tawadhu’. Barangsiapa yang masuk jengkal ketiga, dia baru menyadari bahwa dirinya tidak tahu (masih sedikit ilmunya).” (Hilyah Thalibil ‘Ilmi, hal. 79).

Perkataan ini menggarisbawahi pentingnya menjaga sikap tawadhu’ seiring bertambahnya ilmu. Para ulama seperti Imam Ghazali juga telah memperingatkan bahwa ilmu tanpa takwa dapat menimbulkan kesombongan.

Sedangkan Ibnu Athaillah as-Sakandari menyebut kesombongan sebagai penyakit hati paling berbahaya.

Ilmu dan kesombongan adalah dua hal yang berlawanan. Ilmu seharusnya membawa berkah dan kebaikan, namun kesombongan akan menghancurkan semua kebaikan yang ada.

Sebagai seorang Muslim, kita harus senantiasa menjauhi kesombongan dan terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

Semoga bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini