*) Oleh: Muhammad Nashihudin, MSi
Ketua Majelis Tabligh PDM Jakarta Timur
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,”
يُّصْلِحْ لَـكُمْ اَعْمَا لَـكُمْ وَيَغْفِرْ لَـكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَا زَ فَوْزًا عَظِيْمًا
“niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung.”
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 70- 71)
1. BM HADITS KE-1279
Jauhilah kebohongan
عَنِ اِبْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ اَلصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى اَلْبِرِّ وَإِنَّ اَلْبِرَّ يَهْدِي إِلَى اَلْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ اَلرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى اَلصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اَللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ اَلْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى اَلْفُجُورِ وَإِنَّ اَلْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى اَلنَّارِ وَمَا يَزَالُ اَلرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى اَلْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اَللَّهِ كَذَّابًا ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Ibnu Mas’ud Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Hendaklah kalian selalu melakukan kebenaran karena kebenaran akan menuntun kepada kebaikan dan kebaikan itu menuntun ke surga. Jika seseorang selalu berbuat benar dan bersungguh dengan kebenaran ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat benar. Jauhkanlah dirimu dari bohong karena bohong akan menuntun kepada kedurhakaan dan durhaka itu menuntun ke neraka. Jika seseorang selalu bohong dan bersungguh-sungguh dengan kebohongan ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat pembohong.” Muttafaq Alaihi.
2. Kebiasaan orang orang Yahudi dan Nasrani membuat dusta untuk agama
فَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ يَكْتُبُوْنَ الْكِتٰبَ بِاَ يْدِيْهِمْ ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ هٰذَا مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ لِيَشْتَرُوْا بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗ فَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا کَتَبَتْ اَيْدِيْهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا يَكْسِبُوْنَ
“Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri) kemudian berkata, “Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka celakalah mereka karena tulisan tangan mereka dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 79)
3.Kajian Tafsir Ibnu Katsir tentang dusta,
Al-Muthaffifin, ayat 7-17
كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ (7) وَمَا أَدْرَاكَ مَا سِجِّينٌ (8) كِتَابٌ مَرْقُومٌ (9) وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ (10) الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ (11) وَمَا يُكَذِّبُ بِهِ إِلَّا كُلُّ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ (12) إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (13) كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (14) كَلَّا إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ (15) ثُمَّ إِنَّهُمْ لَصَالُو الْجَحِيمِ (16) ثُمَّ يُقَالُ هَذَا الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ (17)
Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam Sijjin. Tahukah kamu apakah Sijjin itu? (Ialah) kitab yang bertulis. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, (yaitu) orang-orang yang mendustakan hari pembalasan. Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa, yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata, “Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu.” Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka.-Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka. Kemudian, dikatakan (kepada mereka), “Inilah azab yang dahulu selalu kalian dustakan.”
Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala):
{إِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ}
sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam Sijjin. (Al-Muthaffifin: 7)
Yakni tempat kembali dan tempat mereka berpulang adalah ke Sijjin. Lafaz sijjin memakai wazan fa’il berasal dari as-sijn yang artinya kesempitan, sebagaimana dikatakan fasiq, syarib, khamir, dan sakir serta lafaz-lafaz lainnya yang se-wazan. Lalu digambarkan oleh Allah dengan gambaran yang menakutkan lagi mengerikan:
{وَمَا أَدْرَاكَ مَا سِجِّينٌ}
Tahukah kamu apakah Sijjin itu? (Al-Muthaffifin: 8)
Yaitu sesuatu yang sangat menakutkan, penjara yang abadi, dan azab yang menyakitkan. Kemudian di antara ulama ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Sijjin ini adalah tempat yang terletak di bawah perut bumi lapis yang ketujuh.
Dalam penjelasan terdahulu telah disebutkan hadis Al-Barra ibnu Azib dalam hadis yang cukup panjang, bahwa Allah berfirman berkenaan dengan roh orang kafir (kepada malaikat-malaikat pencatat amal perbuatan), “Simpanlah kitab catatan amal perbuatannya di dalam Sijjin ,” Sijjin adalah sebuah tempat yang berada di bawah bumi lapis ketujuh. Menurut pendapat yang lain, sijjin adalah sebuah batu besar terletak di bumi lapis ketujuh berwarna hijau. Menurut pendapat yang lainnya adalah nama sebuah sumur di dalam neraka Jahanam.
Sehubungan dengan hal ini Ibnu Jarir telah meriwayatkan sebuah hadis yang garib lagi munkar dan tidak sahih predikatnya. Untuk itu ia mengatakan:
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ وَهْبٍ الْوَاسِطِيُّ، حَدَّثَنَا مسعود بن موسى بن مُشكان الواسطي، حدثنا نَصر بْنُ خُزَيمة الْوَاسِطِيُّ، عَنْ شُعَيْبِ بْنِ صَفْوَانَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ الْقُرَظِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “الْفَلَقُ: جُبٌّ فِي جَهَنَّمَ مُغَطَّى، وَأَمَّا سِجِّينٌ فَمَفْتُوحٌ”
telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Wahb Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Mas’ud ibnu Musa ibnu Miskan Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Khuzaimah Al-Wasiti, dari Syu’aib ibnu Safwan, dari Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi, dari Abu Hurairah, dari Nabi (shallallahu ‘alaihi wasallam) yang telah bersabda: Al-Falaq adalah sebuah sumur tertutup di dalam neraka Jahanam, sedangkan Sijjin adalah sebuah sumur yang terbuka.
Tetapi pendapat yang sahih menyebutkan bahwa Sijjin diambil dari kata as-sijn yang artinya sempit. Karena sesungguhnya semua makhluk itu manakala rendah, menyempit, dan manakala meninggi, bertambah luas. Dengan kata lain, setiap makhluk yang rendah, bentuknya sempit dan kecil; dan setiap makhluk yang tinggi. maka bentuknya meluas. Dan sesungguhnya ketujuh falak yang ada di atas kita masing-masing darinya lebih luas dan lebih tinggi daripada falak yang berada di bawahnya.