Hedonisme, Kesenangan yang Menyesatkan
Ilustrasi: insightforliving
UM Surabaya

*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd,
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang

“Don’t let material things control your life. You are a human being, not a slave to property.”

(Jangan biarkan materi mengendalikan hidupmu. Kamu adalah manusia, bukan budak harta)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hedonisme adalah pandangan yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi merupakan tujuan utama hidup seseorang.

Gaya hidup hedonisme, menurut Bentham dalam Faqih (2003), adalah dorongan individu untuk berperilaku dengan prinsip kesenangan sebagai hal utama.

Gaya hidup kekinian, yang dipicu oleh kemajuan teknologi, menjadi salah satu faktor utama meningkatnya perilaku hedonisme di zaman sekarang.

Orang merasa perlu memiliki barang-barang mewah, seperti ponsel canggih, mobil, atau televisi besar, bukan karena kebutuhan, melainkan karena takut merasa rendah di mata orang lain.

Malu karena tak mampu memenuhi gaya hidup ini lebih kuat daripada rasa malu akibat perilaku menyimpang.

Namun, gaya hidup hedonisme sangat bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Hedonisme menekankan pada kenikmatan duniawi, bahkan sampai mengabaikan nilai-nilai moral dan agama.

Islam melarang perilaku semacam ini dan mengajarkan keseimbangan, serta menghindari berlebih-lebihan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah:

وَآتِ ذَا ٱلْقُرْبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلْمِسْكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا ۝ إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا

“Dan berikanlah kepada keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang yang boros itu adalah saudara-saudara syaitan, dan syaitan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra: 26-27)

Dalam berbagai tafsir, termasuk Tafsir Al Qur’anil ‘Adhim karya Ibnu Katsir dan Tafsir Al Azhar karya Buya Hamka, ayat ini menekankan ajaran Islam untuk menghindari pemborosan dan membantu sesama:

Islam mengajarkan kasih sayang dan kemanusiaan—melalui perintah untuk membantu kerabat, fakir miskin, dan mereka yang membutuhkan.

Dilarang menghambur-hamburkan harta—karena perilaku mubazir mendekatkan seseorang kepada setan.

Setan adalah simbol pemborosan dan kemaksiatan—yang mengingkari Allah, dan sifat ini bisa merusak mereka yang berperilaku boros.

Menurut Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, hedonisme merusak moral dan kesehatan jasmani serta rohani. Orang yang hidup hanya untuk kesenangan duniawi akan kehilangan arah dan tujuan hidup.

Sebagai Muslim, kita harus menyeimbangkan kebutuhan dunia dan akhirat, menjadikan agama sebagai prioritas dalam hidup agar mencapai keseimbangan hidup yang sempurna.

Dengan demikian, gaya hidup hedonisme yang berfokus pada kenikmatan semata dapat merusak moral dan kesehatan rohani seseorang.

Umat Islam harus berhati-hati dalam menjalani hidup, menempatkan nilai agama sebagai panduan, dan memilih aktivitas yang selaras dengan ajaran Islam untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Semoga bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini