Saling Ingat Mengingatkan
UM Surabaya

*) Oleh: Muhammad Nashihudin, MSi
Ketua Majelis Tabligh PDM Jakarta Timur

Ketahuilah, sungguh saling menasihati dan berwasiat kepada kebenaran sangat dibutuhkan oleh setiap individu muslim. Banyaknya korupsi di Indonesia oleh pejabat dan pemimpin karena tidak ada kontrol dan pembiaran oleh para sahabatnya dan kroninya sehingga hutang piutang negara Indonesia melebihi digit maksimal.

Pelanggaran HAM berat terjadi karena semua bisu dan tidak berani bersuara lantang untuk melawan rezim yang berkuasa dengan zalim.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

شَرَعَ لَـكُمْ مِّنَ الدِّيْنِ مَا وَصّٰى بِهٖ نُوْحًا وَّا لَّذِيْۤ اَوْحَيْنَاۤ اِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهٖۤ اِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسٰۤى اَنْ اَقِيْمُوا الدِّيْنَ وَ لَا تَتَفَرَّقُوْا فِيْهِ ۗ كَبُـرَ عَلَى الْمُشْرِكِيْنَ مَا تَدْعُوْهُمْ اِلَيْهِ ۗ اَللّٰهُ يَجْتَبِيْۤ اِلَيْهِ مَنْ يَّشَآءُ وَيَهْدِيْۤ اِلَيْهِ مَنْ يُّنِيْبُ

“Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan ‘Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya).”
(QS. Asy-Syura 42: Ayat 13)

Pentingnya hidup saling menasehati dalam kebenaran dan mencegah dari perkara yang tidak baik (mungkar) agar adanya keseimbangan.

Bila Amar Makruf nahi mungkar diabaikan dan tidak dilakukan oleh kaum Muslimin maka akan muncul musibah dan kerusakan pada sendi sendi kehidupan sehari-hari pada masyarakat.

1. Kewajiban untuk saling Amar Makruf nahi mungkar

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِا لْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 104)

2. Kaum Bani Israil dikutuk karena mereka meninggalkan saling menasehati

لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْۢ بَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ عَلٰى لِسَا نِ دَاوٗدَ وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَا نُوْا يَعْتَدُوْنَ

“Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Daud dan ‘Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.”

كَا نُوْا لَا يَتَـنَاهَوْنَ عَنْ مُّنْكَرٍ فَعَلُوْهُ ۗ لَبِئْسَ مَا كَا نُوْا يَفْعَلُوْنَ

“Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat.”
(QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 78- 79)

3. Kewajiban untuk saling menasehati

وَا لْعَصْرِ

“Demi masa.”

اِنَّ الْاِ نْسَا نَ لَفِيْ خُسْرٍ

“Sungguh, manusia berada dalam kerugian,”

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَا صَوْا بِا لْحَقِّ ۙ وَتَوَا صَوْا بِا لصَّبْرِ

“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”
(QS. Al-‘Asr 103: Ayat 1- 3)

BELUM CUKUPKAH..?

nasihat itu, jika yang tertulis dan terucap belum bisa menyadarkan, maka jadikan yang terlihat, sebagai peringatan nyata lagi mengena. misalnya kematian

‘Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhu berkata:

‎كفى بالموت واعظا وكفى باليقين غنى وكفى بالعبادة شغلا

Cukuplah kematian sebagai nasihat, cukuplah yakin kepada Allah sebagai kekayaan, dan cukuplah ibadah sebagai kesibukan (Syu’abul Iman 10556 Imam al-Baihaqi)

Gabut tidak ada lagi yang dilakukan?
sungguh begitu banyak ragam ibadah bisa dikerjakan yang (bahkan sebagian besarnya) mungkin belum maksimal kita amalkan

nasihat kematian, kekayaan rasa yakin, dan kesibukan beribadah, masih belum cukupkah?

4.Hadits Arbai’n ke 34
Amar Makruf nahi mungkar
عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ

[رواه مسلم]

Terjemah hadits / ترجمة الحديث :

Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.

(Riwayat Muslim)

Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :

1. Menentang pelaku kebatilan dan menolak kemunkaran adalah kewajiban yang dituntut        dalam ajaran Islam atas setiap muslim sesuai kemampuan dan kekuatannya.
2. Rida terhadap kemaksiatan termasuk diantara dosa besar.
3. Sabar menanggung kesulitan dan amar ma’ruf nahi munkar.
4. Amal merupakan buah dari iman, maka menyingkirkan kemunkaran juga merupakan          buahnya keimanan.
5. Mengingkari dengan hati diwajibkan kepada setiap muslim, sedangkan pengingkaran         dengan tangan dan lisan berdasarkan kemampuannya.

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya

Untuk mendapatkan update silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini