*) Oleh: Bahrus Surur-Iyunk
Betapa sering kita mendengar kata atau ungkapan “syukur.” Biasanya, ini disampaikan saat seseorang memulai pembicaraan, ceramah, atau sambutan.
Tidak hanya para kiai atau ustaz, bahkan pejabat hingga ketua RT pun sering menggunakan ungkapan syukur ini.
Ungkapan rasa syukur itu kadang disampaikan dalam bentuk mukadimah berbahasa Arab, seperti “Alhamdulillah…”
Bagi yang tidak menguasai bahasa Arab, mereka menggunakan kalimat seperti, “Pertama-tama, marilah kita panjatkan rasa syukur kepada Allah yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita…”
Namun, tidak banyak orang yang kemudian mencoba memaknai lebih dalam apa sebenarnya arti dari syukur atau bersyukur.
Secara bahasa, syukur berasal dari kata syakara-yasykuru-syukran wa syukuran wa syukranan, yang diindonesiakan menjadi “bersyukur” atau “mensyukuri.”
Dalam Al-Qur’an, kata syukur dengan berbagai bentuknya terdapat pada 75 tempat atau ayat, dengan berbagai makna sesuai konteks tertentu.
Menurut Kamus Al-Munawwir, syakara diartikan sebagai “berterima kasih kepada, memuji, atau berisi penuh.”
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “bersyukur” berarti pertama, rasa terima kasih kepada Allah, misalnya karena terhindar dari marabahaya; kedua, berterima kasih atau mengucapkan syukur.
“Mensyukuri” diartikan sebagai mengucapkan terima kasih kepada Allah atau berterima kasih karena suatu hal, atau memuji atas pemberiannya.
Bersyukur jelas berbeda dengan syukuran. Syukuran adalah salah satu bentuk ungkapan rasa syukur yang biasanya diwujudkan melalui acara selamatan, misalnya, setelah sembuh dari penyakit atau mendapat nikmat lainnya.
Dalam Tafsir Al-Maraghi, asy-syukru atau bersyukur berarti taat kepada Allah, Dzat yang lebih tinggi, dengan cara mentaati kehendak-Nya. Apabila syukur dilakukan terhadap sesama manusia, maka itu disebut mukafa’ah, yang berarti memberi imbalan atas kebaikan. Jika dilakukan kepada yang lebih rendah, disebut ihsan, yang berarti berbuat baik kepada mereka.
Dalam Al-Quran, Allah menyebut Nabi Musa dan keturunan Nabi Nuh sebagai ‘abdan syakuran, yaitu hamba Allah yang banyak bersyukur (QS. Al-Isra: 2-3).
Allah juga memiliki sifat Asy-Syakuur, yang merupakan salah satu Asmaul Husna, yang berarti bahwa Allah Maha Menghargai dan membalas dengan balasan yang berlipat atas kebaikan yang dilakukan oleh hamba-Nya (QS. Fathir: 34).
Contoh lain dari penggunaan syukur dapat dilihat dalam doa yang sering diucapkan kepada para jamaah haji: “Allahumma ij’al hajjahu hajjjan mabruran… wa sa’yahu sa’yan masykuran…” yang berarti memohon agar usahanya dibalas dengan kebaikan oleh Allah. Doa ini menunjukkan bagaimana Allah berterima kasih kepada hamba-Nya yang berusaha dengan sungguh-sungguh dalam ibadah.
Menurut Ar-Raghib Al-Ashfahaniy dalam Al-Mufradat li Alfadzil Quran, syukur itu mencakup tiga jenis:
Syukur hati (syukr al-qalb): yaitu kesadaran batin akan nikmat yang diberikan oleh Allah.
Syukur lisan (syukr al-lisan): yaitu memuji Allah atas nikmat yang telah diterima, diucapkan dengan penuh keikhlasan.
Syukur anggota tubuh (syukr sa’ir al-jawarih): yaitu menggunakan nikmat yang diberikan oleh Allah sesuai dengan kebaikan dan syariat, dengan perbuatan nyata yang mengimbangi kenikmatan itu.
Syukur bukan hanya sebatas ucapan, tetapi juga diwujudkan melalui tindakan nyata. Dengan bersyukur, kita akan semakin menyadari betapa banyak nikmat yang telah Allah berikan, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi.
Rasa syukur juga membawa kita kepada kebahagiaan yang sejati, karena hati yang selalu bersyukur akan merasa cukup dan penuh berkah.
Sebagaimana yang Allah firmankan dalam QS. Ibrahim: 7, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Ayat ini menjadi pengingat bagi kita bahwa bersyukur bukan hanya akan mempertahankan nikmat, tetapi juga mendatangkan nikmat yang lebih banyak lagi.
Semoga kita semua menjadi hamba-hamba yang selalu bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan. Dengan bersyukur, hidup kita akan lebih bermakna, lebih damai, dan penuh berkah. Insya Allah. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News