*) Oleh: Muhammad Nashihudin, MSi
Ketua Majelis Tabligh PDM Jakarta Timur
Di antara para nabi yang ceritanya lengkap dan inspiratif untuk dibaca dan dipahami adalah kisah nabi Musa AS dan nabi Yusuf AS.
Dari mulai lahir dibuang ke sumur dan disakiti oleh saudara saudara-nya hingga menjadi bendahara Mesir atau perdana menteri adalah surat Yusuf.
Nabi Musa AS begitu lahir ibunya dikejar kejar oleh rezim Fir’aun karena pada waktu setiap anak yang lahir berjenis kelamin laki-laki harus dibunuh dan dimatikan, dikhawatirkan bisa musuh bagi istananya yang penuh kezaliman.
Allah SWT berfirman
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ اَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَاۤ اَوْحَيْنَاۤ اِلَيْكَ هٰذَا الْقُرْاٰ نَ ۖ وَاِ نْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهٖ لَمِنَ الْغٰفِلِيْنَ
“Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui.”
(QS. Yusuf 12: Ayat 3)
Kisah inspiratif berikut ini adalah tentang nabi Yusuf yang tampan rupawan dan berbudi luhur sementara nabi Musa AS gagah dan kuat melawan Fir’aun
1. Nabi Yusuf dengan kecerdasannya
فَبَدَاَ بِاَ وْعِيَتِهِمْ قَبْلَ وِعَآءِ اَخِيْهِ ثُمَّ اسْتَخْرَجَهَا مِنْ وِّعَآءِ اَخِيْهِ ۗ كَذٰلِكَ كِدْنَا لِيُوْسُفَ ۗ مَا كَا نَ لِيَأْخُذَ اَخَاهُ فِيْ دِيْنِ الْمَلِكِ اِلَّاۤ اَنْ يَّشَآءَ اللّٰهُ ۗ نَرْفَعُ دَرَجٰتٍ مَّنْ نَّشَآءُ ۗ وَفَوْقَ كُلِّ ذِيْ عِلْمٍ عَلِيْمٌ
“Maka mulailah dia (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala (tempat minum) raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami mengatur (rencana) untuk Yusuf. Dia tidak dapat menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendakinya. Kami angkat derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas setiap orang yang berpengetahuan ada yang lebih mengetahui.”
(QS. Yusuf 12: Ayat 76)
2. KisahNabi Musa AS mendapatkan ilmu dari Nabi Khidir
فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَا دِنَاۤ اٰتَيْنٰهُ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنٰهُ مِنْ لَّدُنَّا عِلْمًا
“lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami.”
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 65)
3. Kajian Tafsir Ibnu Katsir
Tentang pelajaran untuk nabi Musa AS
Al-Kahfi, ayat 60-65
{وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّى أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا (60) فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوتَهُمَا فَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ سَرَبًا (61) فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتَاهُ آتِنَا غَدَاءَنَا لَقَدْ لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَذَا نَصَبًا (62) قَالَ أَرَأَيْتَ إِذْ أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهُ إِلا الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ وَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ عَجَبًا (63) قَالَ ذَلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ فَارْتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصًا (64) فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا (65) }
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan, atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.” Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya, “Bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.” Muridnya menjawab, “Tahukah tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.” Musa berkata, “Itulah (tempat) yang kita cari.” Lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
Murid Nabi Musa ini adalah Yusya’ ibnu Nun. Latar belakang kisah ini bermula ketika diceritakan kepada Musa bahwa ada seorang hamba Allah yang tinggal di tempat bertemunya dua laut, dia memiliki ilmu yang tidak dimiliki oleh Musa. Maka Musa berkeinginan untuk berangkat menemuinya. Untuk itulah Musa berkata kepada muridnya:
لَا أَبْرَحُ
Aku tidak akan berhenti. (Al-Kahfi: 60)
Maksudnya, aku akan terus berjalan.
حَتَّى أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ
sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan. (Al-Kahfi: 60)
Yakni di tempat tersebut yang padanya bertemu dua laut.
Qatadah dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa kedua laut tersebut adalah Laut Persia yang berada di sebelah timurnya, dan Laut Romawi yang berada di sebelah baratnya.
Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi mengatakan, yang dimaksud dengan tempat bertemunya dua lautan ini ialah yang berada di Tanjah, terletak di bagian paling ujung dari negeri Magrib (Maroko). Hanya Allah yang lebih mengetahui tempat yang sebenarnya.
Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala):
{أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا}
atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun. (Al-Kahfi: 60)
Yakni sekalipun saya harus berjalan bertahun-tahun.
Ibnu Jarir mengatakan, sebagian dari kalangan ulama bahasa Arab mengatakan bahwa al-huqub menurut dialek Bani Qais artinya satu tahun.
Dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan pula dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa al-huqub artinya delapan puluh tahun.
Mujahid mengatakan bahwa al-huqub artinya tujuh puluh musim gugur (tahun).
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun. (Al-Kahfl: 60) Bahwa yang dimaksud dengan al-huqub ialah satu tahun.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan Ibnu Zaid.