Menggapai Husnul Khatimah, Akhir Hidup yang Penuh Kemuliaan
foto: rawpixel
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana

Husnul khotimah, yang berarti mengakhiri hidup dengan cara yang baik dan terhormat, adalah impian setiap orang yang beriman.

Siapa yang tidak ingin meninggalkan dunia ini dalam keadaan yang diridai oleh Allah? Namun, pemahaman tentang husnul khotimah sering kali disalahpahami oleh sebagian orang.

Banyak yang mengira bahwa husnul khotimah berarti meninggal dengan senyum di wajah, tanpa merasakan sakit, atau bahkan tubuhnya mengeluarkan aroma wangi.

Padahal, jika kita melihat perjalanan hidup para Nabi dan sahabat mereka, kematian mereka tidak selalu terjadi dalam kondisi seperti itu.

Sebagian wafat dengan penuh penderitaan dan di medan perang, jasad mereka bahkan ada yang hancur dan tak dikenali.

Meski demikian, mereka tetap dianggap memiliki husnul khatimah, karena yang menjadi tolak ukur bukanlah cara kematian, melainkan kondisi spiritual seseorang sebelum meninggal.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu’anhu:

“إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ، قِيلَ: كَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ؟ قَالَ: يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ الْمَوْتِ، ثُمَّ يَقْبِضُهُ عَلَيْهِ”

“Jika Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba, maka Allah akan membuatnya sibuk dalam ketaatan.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana caranya?” Rasulullah menjawab, “Allah beri taufik hamba tersebut untuk melakukan amal shalih sebelum meninggal, kemudian Allah cabut nyawanya saat sedang beramal shalih.” (HR. At-Tirmidzi, Shahih Al Jami’ no. 305).

Hadis ini menunjukkan bahwa tanda husnul khotimah adalah ketika seseorang dipermudah oleh Allah untuk beramal shalih di akhir hidupnya.

Bukan kondisi fisik kematiannya yang menjadi ukuran, tetapi bagaimana ia menghabiskan hari-hari terakhirnya dalam ketaatan kepada Allah.

Hal ini juga dipertegas dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Abu ‘Inabah Al Khulani radhiyallahu’anhu. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا عَسَلَهُ، قِيلَ: وَمَا عَسَلَهُ؟ قَالَ: يَفْتَحُ لَهُ عَمَلًا صَالِحًا قَبْلَ مَوْتِهِ ثُمَّ يَقْبِضُهُ عَلَيْهِ”

“Jika Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, maka Allah akan pekerjakan dia.” Para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dengan dipekerjakan?” Nabi menjawab, “Allah akan mudahkan baginya untuk beramal shalih sebelum matinya, kemudian Allah cabut nyawanya saat dia sedang beramal shalih.” (HR. Ahmad no. 17819, Shahih Al Jami’ no. 307).

Demikian juga, hadits dari Abu Umamah Al Bahili radhiyallahu’anhu mengungkapkan:

“إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا طَهَّرَهُ قَبْلَ مَوْتِهِ قَالُوا: وَمَا طَهُورُ الْعَبْدِ؟ قَالَ: عَمَلٌ صَالِحٌ يُلْهِمُهُ إِيَّاهُ حَتَّى يَقْبِضَهُ عَلَيْهِ”

“Jika Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, maka Allah akan menyucikan dia sebelum ia mati.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana Allah menyucikan dia?” Rasulullah menjawab, “Dengan mengilhamkan amalan saleh kepadanya sehingga ia meninggal dalam keadaan beramal saleh.” (HR. Ath Thabarani no. 7900, Shahih Al Jami’ no. 306).

Dari hadis-hadis ini, para ulama sepakat bahwa husnul khotimah adalah keadaan di mana seorang hamba diberikan taufik oleh Allah untuk meninggalkan hal-hal yang membuat-Nya murka, kemudian ia segera beralih pada amal ketaatan. Ia beristikamah dalam ketaatan tersebut hingga akhir hayatnya.

Husnul khotimah tidak tergantung pada kondisi fisik kematian seseorang, tetapi pada amal kebaikan yang ia lakukan di penghujung hidupnya.

Ketika Allah memberi kesempatan untuk memperbaiki diri, menyucikan hati, dan beramal shalih di akhir hidup, itulah tanda-tanda kemuliaan di penghujung jalan.

Maka, mari kita berdoa dan berusaha agar Allah memudahkan kita untuk terus berada dalam jalan-Nya, beramal saleh hingga akhir hayat, dan meraih husnul khotimah—akhir hidup yang penuh kemuliaan. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini