Tafakur, Kunci Meningkatkan Kualitas Iman
foto: freepik
UM Surabaya

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Sebagai umat Islam, kita mengenal enam rukun iman, yaitu iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab-Nya, nabi dan rasul, hari Kiamat, serta iman kepada qadha dan qadar.

Keimanan ini bukan sekadar keyakinan, tetapi juga harus terwujud dalam amalan yang nyata.

Iman sendiri memiliki sifat dinamis—bisa bertambah atau berkurang. Hal ini tergantung dari intensitas ibadah seseorang. Seperti firman Allah dalam Al-Qur’an:

“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di atas keimanan mereka yang sudah ada.”
(QS. Al-Fath: 4)

Ayat ini menunjukkan bahwa kualitas iman seorang muslim bisa meningkat, tergantung pada bagaimana ia menjalani hidupnya, terutama dalam hubungannya dengan ibadah.

Iman yang kuat tercermin dari semangat menjalankan amal ibadah, sedangkan ketika ibadah mulai berkurang, itu bisa menjadi tanda bahwa iman sedang melemah.

Salah satu cara yang diajarkan dalam Islam untuk meningkatkan kualitas iman adalah dengan melakukan tafakur, yaitu perenungan mendalam terhadap kebesaran Allah dan segala ciptaan-Nya.

Tafakur melibatkan hati dan pikiran untuk merenungi tanda-tanda kekuasaan Allah yang terdapat dalam alam semesta dan juga hal-hal ukhrawi, seperti mengingat dosa-dosa yang pernah diperbuat, mengingat kematian, dan hari pembalasan di akhirat nanti.

Allah menciptakan alam semesta yang begitu luas dan menakjubkan bukan tanpa tujuan. Sebagaimana firman-Nya:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata, ‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.’”
(QS. Ali Imran: 190-191)

Ketika kita merenungi ciptaan Allah yang begitu sempurna—dari gunung yang menjulang tinggi, laut yang luas membentang, hingga langit yang tak terhingga—iman kita akan semakin bertambah, karena semua itu menunjukkan kebesaran Sang Pencipta.

Tafakur juga melibatkan perenungan tentang hal-hal yang akan terjadi di akhirat, seperti mengingat kematian. Mengingat kematian bisa menjadi pengingat bahwa setiap manusia memiliki ajal yang pasti, dan kita tidak bisa lari darinya. Seperti firman Allah:

“Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya, pasti akan menemuimu. Kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Jumu’ah: 8)

Ayat ini mengingatkan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa menghindar dari kematian. Saat kematian tiba, kita akan dihadapkan pada amal perbuatan yang telah kita lakukan selama di dunia.

Maka dari itu, mengingat kematian akan mendorong kita untuk terus memperbaiki diri dan memperbanyak amal ibadah sebagai bekal di akhirat nanti.

Selain itu, tafakur juga bisa dilakukan dengan merenungi dosa-dosa yang telah kita perbuat. Ketika seseorang merenung tentang dosa-dosanya, ia akan merasa lebih rendah hati dan terdorong untuk bertobat serta memperbaiki amalnya.

Tafakur tentang dosa juga akan membangkitkan kesadaran bahwa manusia tidaklah sempurna, dan setiap kesalahan yang telah dilakukan harus diikuti dengan taubat yang tulus.

Tafakur adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda:

“Berikanlah hak mata untuk beribadah.”
Para sahabat bertanya, “Apakah ibadah mata itu?”
Nabi menjawab, “Melihat, membaca Al-Qur’an, dan memikirkan isinya serta mengambil pelajaran dari keajaiban-keajaiban yang ada di dalamnya.”
(HR. Zaid bin Aslam)

Dari sabda ini, jelas bahwa tafakur adalah salah satu cara untuk bersyukur atas nikmat penglihatan dan akal yang Allah berikan kepada kita.

Ketika kita menggunakan kedua nikmat tersebut untuk merenungi keagungan-Nya, maka kita telah melakukan bentuk ibadah yang sangat mulia.

Tafakur juga akan memberikan dampak langsung pada peningkatan kualitas iman. Ketika seseorang merenungi kekuasaan Allah, maka ia akan lebih memahami makna penciptaan dan kehidupan, sehingga semakin mendekatkan dirinya kepada Allah.

Dari sini, lahirlah ketaatan yang tulus, karena ia sadar bahwa segala yang ada di dunia ini adalah ciptaan Allah yang sempurna.

Selain tafakur atas alam dan kematian, kita juga bisa merenungi tujuan hidup dan amal perbuatan kita di dunia ini.

Ketika seseorang merenungi apa yang telah ia lakukan selama hidup, ia akan lebih termotivasi untuk memperbaiki diri dan meningkatkan amal shaleh. Seperti firman Allah dalam Al-Qur’an:

“Katakanlah, apakah kami akan beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? (Yaitu) orang-orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedang mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya.”
(QS. Al-Kahfi: 103-104)

Ayat ini mengingatkan bahwa ada orang-orang yang merasa telah berbuat baik, tetapi perbuatan mereka sebenarnya sia-sia di sisi Allah.

Oleh karena itu, dengan tafakur, kita bisa terus mengoreksi diri dan memastikan bahwa apa yang kita lakukan benar-benar bernilai di hadapan Allah.

Dengan bertafakur, kita bukan hanya sekadar merenung, tetapi juga menumbuhkan kesadaran yang lebih dalam tentang kebesaran Allah dan memperkuat hubungan kita dengan-Nya.

Inilah kunci untuk meningkatkan dan menjaga kualitas iman kita, sehingga kita selalu berada di jalan yang diridhai oleh Allah SWT.

Semoga kita semua bisa selalu menggunakan nikmat akal dan penglihatan untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui tafakur, dan menjadikan iman kita terus bertambah kuat dari hari ke hari. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini