*) Oleh: Bahrus Surur-Iyunk
Tawakal adalah sebuah konsep spiritual penuh keajaiban. Tawakal berarti berserah diri kepada Allah setelah berusaha sekuat tenaga dan meyakini bahwa hasil akhir dari segala usaha berada di tangan-Nya.
Tawakal bukanlah bentuk kepasrahan tanpa tindakan, melainkan sikap hati yang penuh kepercayaan kepada Allah dalam menghadapi segala ujian hidup, baik fisik, finansial, emosional, sosial, maupun spiritual.
Keajaiban tawakal terlihat nyata dalam kehidupan para Nabi dan sahabat, dan hingga kini, tawakal tetap menjadi solusi yang menenangkan bagi umat Islam dalam menghadapi masalah kehidupan.
Tawakal dalam Masalah Fisik
Ujian fisik seperti penyakit atau keterbatasan tubuh sering kali menjadi salah satu cobaan berat bagi manusia. Sejarah Nabi Ayyub a.s. adalah contoh nyata keajaiban tawakal dalam menghadapi ujian fisik.
Nabi Ayyub diuji dengan penyakit yang sangat parah hingga tubuhnya penuh dengan luka, namun ia tetap bersabar dan bertawakal kepada Allah.
Dalam situasi yang begitu berat, Nabi Ayyub tidak pernah mengeluh, tetapi terus berdoa dan percaya pada ketentuan Allah. Akhirnya, karena kesabarannya yang luar biasa, Allah menyembuhkannya dan mengembalikan kesehatannya secara sempurna.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: ‘Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan.’ (Allah berfirman): ‘Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.’ Dan Kami anugerahkan kepadanya keluarganya dan yang serupa dengan mereka sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Shaad [38]: 41-43). Ayat ini menunjukkan bahwa tawakal dan kesabaran akan mendatangkan solusi dari Allah, bahkan dalam keadaan fisik yang paling sulit.
Tawakal dalam Masalah Finansial
Masalah finansial sering kali membuat seseorang merasa terpuruk dan putus asa. Namun, Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya menunjukkan bahwa tawakal adalah jalan untuk mendapatkan rezeki yang tak terduga.
Nabi Muhammad saw bersabda:
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung, yang pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi).
Salah satu contoh paling menonjol dalam sejarah Islam adalah sahabat Rasulullah, Abdul Rahman bin Auf, yang menunjukkan keajaiban tawakal terhadap rezeki. Ketika hijrah ke Madinah, Abdul Rahman meninggalkan semua hartanya di Mekkah.
Namun, dengan tawakal yang kuat dan usaha yang gigih, ia memulai dari nol dan menjadi salah satu sahabat yang paling kaya.
Ia tidak hanya bertawakal secara pasif, tetapi juga berusaha dengan sungguh-sungguh, meyakini bahwa Allah akan memberkahi usahanya. Hasilnya, Allah melimpahkan keberkahan dan kekayaan yang besar kepadanya.
Tawakal dalam Masalah Emosional
Dalam kehidupan sehari-hari, perasaan cemas, takut, dan stres sering kali muncul akibat berbagai masalah yang dihadapi.
Tawakal menjadi penyejuk hati dan pelipur lara ketika seseorang merasa terbebani oleh emosinya. Salah satu contoh terbaik adalah kisah Nabi Musa as. Ketika beliau dan kaumnya dikejar oleh Firaun dan tentaranya di depan Laut Merah, Bani Israil panik dan ketakutan.
Namun, Nabi Musa dengan tenang dan penuh tawakal berkata: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (QS. Asy-Syu’ara [26]: 62).
Keajaiban pun terjadi: laut terbelah, dan Nabi Musa serta kaumnya selamat. Kisah ini mengajarkan bahwa tawakal dapat menghilangkan rasa cemas dan menggantinya dengan keyakinan bahwa Allah selalu bersama orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Tawakal dalam Masalah Sosial
Tawakal juga memiliki peran penting dalam masalah sosial, terutama dalam menghadapi konflik atau ujian dalam hubungan antarmanusia.
Dalam sejarah Islam, Nabi Yusuf a.s. diuji dengan berbagai fitnah dan pengkhianatan oleh saudara-saudaranya.
Meskipun ia diperlakukan tidak adil, Nabi Yusuf tidak pernah membalas dendam. Sebaliknya, ia bertawakal kepada Allah, yakin bahwa keadilan Allah akan datang pada waktunya.
Setelah bertahun-tahun, Allah membalas ketidakadilan tersebut dengan menjadikan Yusuf sebagai seorang pemimpin yang dihormati, sementara saudara-saudaranya datang kepadanya dengan penuh penyesalan.
Allah SWT berfirman:
“Dan mereka berkata: ‘Wahai ayah kami, mohonkanlah ampunan bagi kami atas dosa-dosa kami; sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah.’ Yusuf berkata: ‘Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni kamu, dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.'” (QS. Yusuf [12]: 97-98).
Kisah Nabi Yusuf mengajarkan bahwa dalam hubungan sosial, tawakal dapat melunakkan hati dan membawa kedamaian, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.
Tawakal dalam Masalah Spiritual
Pada puncak segala masalah, tawakal juga merupakan kunci dalam menjaga keseimbangan spiritual.
Rasulullah saw bersabda: “Jika kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Allah akan mencukupimu dalam segala hal.” (HR. Ahmad).
Dalam kehidupan spiritual, sering kali kita dihadapkan pada berbagai cobaan yang mengguncang iman. Tawakal kepada Allah menjadi sumber kekuatan untuk tetap teguh dalam ibadah dan keimanan, bahkan saat situasi hidup terasa berat.
Allah SWT berfirman: “Barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.” (QS. Ath-Thalaq [65]: 3). Ayat ini menjadi pegangan bahwa dalam semua aspek kehidupan—baik fisik, finansial, emosional, sosial, maupun spiritual—tawakal kepada Allah adalah solusi yang membawa keberkahan dan penyelesaian masalah.
Keajaiban tawakal terletak pada ketenangan batin yang diberikan kepada seorang hamba. Tawakal bukan hanya sebuah sikap pasif, tetapi merupakan kombinasi dari usaha maksimal dan penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah.
Dari sejarah para Nabi dan sahabat, kita belajar bahwa tawakal membawa solusi atas masalah-masalah terbesar dalam hidup.
Baik dalam ujian fisik seperti penyakit, masalah keuangan, gejolak emosi, konflik sosial, maupun krisis spiritual, tawakal kepada Allah akan selalu mendatangkan pertolongan, karena Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya yang berserah diri kepada-Nya.
Wallahu a’lam. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News