Bahaya Mengafirkan Sesama Muslim: Pelajaran dari Rasulullah
foto: thefools
UM Surabaya

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Menjaga persaudaraan di antara umat muslim sangat penting sebagai bagian dari peningkatan ketaqwaan kita kepada Allah Subhânahu Wa Ta’âla. Dalam Al-Qur’an, surat Al-Hujurat ayat 13 disebutkan:

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.”

Firman ini menunjukkan bahwa kemuliaan seorang hamba terletak pada tingkat ketaqwaannya.

Salah satu bentuk ketaqwaan yang paling penting adalah menjaga hubungan baik dan persaudaraan dengan sesama muslim.

Rasulullah shallallâhu alaihi wasallam dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menekankan pentingnya persaudaraan:

“Muslim satu dengan muslim lainnya adalah saudara. Tidak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun menghina. Taqwa itu ada di sini,” sambil menunjuk dadanya sebanyak tiga kali. Kemudian Rasulullah melanjutkan, “Seseorang telah dianggap berbuat jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan yang lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.”

Dari hadis ini, kita diajarkan untuk menghindari segala bentuk tindakan yang menyakiti sesama muslim, termasuk perbuatan mengafirkan. Menuduh seorang muslim sebagai kafir adalah tindakan yang sangat berbahaya.

Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam memperingatkan umatnya agar tidak sembarangan menuduh kafir terhadap sesama muslim, karena jika tuduhan tersebut tidak benar, dosa itu akan kembali kepada penuduhnya sendiri.

Hal ini disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Umar Ra‘:

“Ketika seseorang mengatakan kepada saudaranya, ‘Wahai kafir,’ maka ucapan itu akan kembali kepada salah satunya. Jika orang yang dituduh memang kafir, maka sudah jelas. Tetapi jika tidak, dosa tuduhan itu kembali kepadanya.” (Muttafaq ‘Alaih)

Dalam hadis lain, Rasulullah shallallâhu alaihi wasallam bersabda:

“Siapa saja yang menuduh kufur seorang mukmin, maka ia seperti membunuhnya.” (Muttafaq ‘Alaih)

Peristiwa tuduhan kafir kepada sesama muslim pernah terjadi di zaman Rasulullah shallallâhu alaihi wasallam, tepatnya pada tahun kedelapan Hijriah.

Ketika itu, Rasulullah mengutus sekelompok pasukan yang dipimpin oleh Abu Qatadah Al-Anshari ke daerah dekat Makkah untuk menjalankan misi tertentu.

Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan ‘Amir bin Al-Athbat, yang segera mengucapkan salam kepada mereka sebagai tanda bahwa dia seorang muslim.

Namun, salah seorang prajurit bernama Muhallim bin Juttsamah justru membunuhnya, menganggap bahwa ‘Amir tidak beriman.

Ketika berita itu sampai kepada Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam, beliau sangat menyesalkan tindakan tersebut, hingga Allah menurunkan ayat:

“Dan janganlah kalian katakan kepada orang yang mengucapkan salam kepada kalian: ‘Kamu tidak beriman.'” (QS. An-Nisa: 94)

Peristiwa itu menjadi pelajaran besar bagi kita semua. Ketika Muhallim menghadap Rasulullah untuk memohon ampunan atas tindakannya, Rasulullah menolak. Dengan penuh ketegasan, Rasulullah bersabda:

“Allah tidak akan mengampunimu.”

Muhallim pun pergi dengan penuh penyesalan, dan tujuh hari kemudian ia meninggal dunia.

Ketika hendak dikuburkan, bumi menolak jenazahnya sebagai peringatan dari Allah Subhânahu Wa Ta’âla.

Rasulullah kemudian menjelaskan kepada umatnya bahwa peristiwa tersebut adalah bentuk nasihat ilahi agar kita lebih berhati-hati dalam memperlakukan saudara sesama muslim.

Dari kisah ini, kita belajar bahwa mengafirkan sesama muslim adalah tindakan yang sangat berbahaya, baik dari segi agama maupun sosial.

Tuduhan kafir tidak hanya dapat merusak hubungan antarumat muslim, tetapi juga bisa membawa dampak besar pada kehidupan akhirat kita.

Rasulullah shallallâhu alaihi wasallam melarang dengan tegas tindakan ini karena dengan mengafirkan, seseorang secara tidak langsung telah menghalalkan darah saudaranya sendiri.

Sebagai umat muslim, kita diajarkan untuk saling mengasihi, menghormati, dan berprasangka baik kepada saudara-saudara kita.

Semoga Allah Subhânahu Wa Ta’âla memberikan kita kekuatan untuk selalu berhati-hati dalam berbicara, memiliki sikap toleransi, serta menjaga persaudaraan di antara umat muslim.

Insya Allah, dengan itu kita dapat menjadi muslim yang lebih baik di hadapan Allah dan sesama manusia. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini