*) Oleh: Rizki P Dewantoro,
Kader Muhammadiyah
Sejak awal, KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, telah memberikan contoh yang kuat tentang pentingnya pendidikan berkualitas. Pendidikan yang beliau maksud adalah pendidikan holistik dan integratif yang menyentuh hati masyarakat dan memberikan solusi nyata.
Meskipun metode pendidikan KH Ahmad Dahlan sering mendapat cemoohan karena menggunakan pendekatan ala Barat, beliau tidak gentar. Salah satu contoh paling terkenal adalah ketika KH Ahmad Dahlan mengajarkan surat Al-Ma’un kepada murid-muridnya selama berbulan-bulan, hingga mereka menghafal dan memahami artinya.
Namun, beliau kemudian menekankan bahwa yang terpenting bukan hanya memahami, tetapi mengamalkan pesan surat tersebut, yaitu menyantuni anak yatim dan fakir miskin. Pendidikan, menurut KH Ahmad Dahlan, harus mampu menggerakkan hati dan berdampak nyata dalam kehidupan masyarakat.
Dalam konteks saat ini, filosofi pendidikan KH Ahmad Dahlan sangat relevan dengan tujuan pembangunan manusia di Indonesia. Pemerintah tengah mempersiapkan diri menyongsong Indonesia Emas 2045 melalui pendidikan yang menciptakan sumber daya manusia unggul. Namun, berbagai tantangan masih menghadang, baik dari dalam negeri maupun dari persaingan global.
Pembangunan pendidikan nasional selama sepuluh tahun terakhir, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, telah banyak mendapatkan perhatian. Tiga menteri pendidikan—Anies Baswedan, Muhadjir Effendi, dan Nadiem Makarim—telah menjalankan berbagai kebijakan dengan fokus pada perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan. Meskipun ada pergantian politis di antara menteri-menteri ini, tanggung jawab mereka tetaplah besar.
Di periode pertama pemerintahan Jokowi, pendidikan dasar dan menengah dipisahkan dari pendidikan tinggi dan riset teknologi. Namun, di periode kedua, keduanya kembali digabung di bawah satu kementerian, di mana Nadiem Makarim memegang kendali dengan membawa visi Merdeka Belajar.
Jargon ini menandai upaya besar untuk memperluas akses pendidikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Tantangannya adalah bagaimana melakukan akselerasi agar pendidikan di Indonesia bisa setara dengan standar global.
Salah satu inisiatif yang patut diapresiasi adalah program Kartu Indonesia Pintar (KIP), yang membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk tetap bisa melanjutkan pendidikan, mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi.
Kebijakan ini bertujuan menurunkan angka putus sekolah dan mengurangi kesenjangan antara kelompok masyarakat miskin dan kaya. Dukungan untuk keluarga miskin, termasuk pembayaran uang kuliah, mendorong anak-anak dari latar belakang ekonomi lemah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.