Seperti Awan yang Menjanjikan Hujan, Namun Tak Setetes Air pun Jatuh ke Bumi
UM Surabaya

*)Oleh: Syahrul Ramadhan, SH, MKn
Sekretaris LBH AP PDM Lumajang

Sering kali, kita menyaksikan awan tebal yang menggantung di langit, tampak menjanjikan hujan yang akan membasahi bumi. Harapan tumbuh, tanah yang kering akan segera mendapatkan air yang menghidupkan. Namun, apa jadinya jika awan tersebut berlalu begitu saja, tanpa menurunkan setetes air pun? Harapan yang terbangun pupus, tanah tetap kering, dan janji yang dirasa terkhianati.

Begitu pula dengan sedekah. Allah SWT dan Rasul-Nya mengajarkan bahwa harta yang kita miliki tidak semata-mata untuk diri sendiri, namun juga untuk berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Sedekah bukan hanya tentang memberi materi, melainkan juga niat, kesungguhan, dan keikhlasan hati. Akan tetapi, bagaimana jika sedekah yang kita berikan ibarat awan tadi — tampak besar dan menjanjikan, namun tak memberi manfaat nyata?

Sedekah yang Bernilai di Hadapan Allah

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT mengingatkan kita akan pentingnya memberikan sedekah dengan niat yang benar. Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 261:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir; pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Ayat ini menjelaskan bahwa sedekah yang dilakukan dengan niat yang ikhlas dan tulus akan mendapatkan balasan berlipat ganda dari Allah SWT. Sedekah yang benar-benar mengalir dari hati, seperti air hujan yang menumbuhkan tanaman di bumi, akan memberi manfaat baik kepada pemberi maupun penerima.

Namun, seperti awan yang menjanjikan hujan tapi tak menurunkan air, sedekah yang dilakukan dengan riya’ (ingin dipuji) atau disertai ketidakikhlasan, hanya akan menjadi hampa di sisi Allah SWT. Sedekah semacam ini tidak memberikan manfaat yang hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.

Sedekah yang Tertolak

Rasulullah SAW mengingatkan kita dalam hadist tentang bahaya riya’ dalam sedekah. Dalam hadist riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya orang pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Kemudian didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia mengakui (kenikmatan itu). Allah bertanya: ‘Apa yang telah engkau lakukan dengannya?’ Ia menjawab: ‘Aku berperang di jalan-Mu hingga aku mati syahid.’ Allah berkata: ‘Engkau dusta! Engkau berperang agar dikatakan engkau pemberani, dan memang demikianlah yang dikatakan.’ Maka diperintahkan agar orang itu diseret di atas wajahnya dan dilemparkan ke neraka.”

Hadist ini mengingatkan kita bahwa amal, termasuk sedekah, yang dilakukan dengan niat yang salah, seperti ingin dipuji atau mendapatkan pengakuan dari orang lain, tidak akan diterima oleh Allah SWT. Ibarat awan yang tampak menjanjikan, tetapi tidak memberikan hujan, sedekah yang tidak ikhlas hanya akan menjadi sia-sia.

Mengembalikan Esensi Sedekah: Keikhlasan

Sedekah dalam Islam bukan hanya tentang seberapa banyak yang diberikan, tetapi tentang keikhlasan dalam memberi. Seperti firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 264:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.”

Ayat ini menegaskan bahwa sedekah yang disertai dengan menyebut-nyebut atau mengharapkan pujian dari manusia, akan menghapus pahala sedekah tersebut. Keikhlasan adalah fondasi utama dari setiap amal, termasuk sedekah. Sedekah yang ikhlas, meskipun kecil, akan menjadi besar di hadapan Allah SWT.

Sedekah yang Menghidupkan Jiwa

Seperti hujan yang menumbuhkan tanaman dan menghidupkan bumi, sedekah yang dilakukan dengan niat ikhlas dan tulus dapat menghidupkan hati. Dalam sebuah hadist riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:

“Sedekah dapat memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api.”

Sedekah yang benar-benar ikhlas tidak hanya bermanfaat bagi penerimanya, tetapi juga membersihkan dan menyucikan hati pemberinya. Seperti air yang menyejukkan, sedekah yang diberikan dengan niat baik akan mendatangkan ketenangan dan kedamaian dalam jiwa.

Refleksi: Awan yang Menghidupkan

Seperti awan yang seharusnya membawa hujan, sedekah haruslah mengalir dari hati yang bersih dan ikhlas. Tidak ada tempat bagi riya’ atau keinginan untuk dipuji dalam sedekah. Ketika kita memberikan dengan niat yang murni, sedekah kita akan menjadi air yang menghidupkan, baik bagi penerima maupun bagi diri kita sendiri.

Allah SWT telah menjanjikan balasan yang berlipat ganda bagi sedekah yang dilakukan dengan ikhlas. Maka, marilah kita berusaha agar sedekah kita bukan hanya tampak menjanjikan dari luar, tetapi benar-benar memberikan manfaat, seperti hujan yang membasahi bumi. Hanya dengan niat yang ikhlas dan hati yang tulus, sedekah kita akan menjadi ibadah yang diterima di sisi Allah SWT.

“Dan apa saja yang kamu infakkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya” (QS. Al-Baqarah: 273).

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini