UM Surabaya
  1. Alat membentuk identitas atau pribadi mukmin sejati

Seorang teman atau saudara seiman dapat memberikan masukan, nasihat, dan kritik konstruktif yang membantu kita melihat kekurangan atau kesalahan yang mungkin luput dari pandangan kita sendiri. Dengan demikian, mukmin lain bertindak sebagai cermin yang membantu kita mengidentifikasi hal-hal yang perlu diperbaiki dalam diri kita untuk menjadi mukmin sejati.

Hadits dari An-Nu’man bin Basyir sangat relevan dengan poin kedua ini. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan orang-orang beriman dalam cinta, kasih sayang, dan kepedulian di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, seluruh tubuh ikut merasakan sakitnya, dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Bukhari Muslim)

Sebagai cermin, seorang mukmin seharusnya bisa menjaga aib dan kehormatan saudaranya. Cermin tidak mengungkapkan rahasia atau kekurangan kepada orang lain. Dalam konteks sosial, mukmin sejati diharapkan bersikap demikian. Menghindari ghibah, menghina apalagi memfitnah, tapi justru harus menjaga privasi saudaranya. Sebagaimana peringatan Allah dalam surat Al Hujurat ayat 11 dan 12.

Dengan menjaga kehormatan orang lain, seorang mukmin menjaga kehormatan dirinya sendiri dan mengokohkan identitasnya sebagai pribadi yang memiliki integritas.

Saat seseorang melihat “cerminan” saudaranya dalam hal ibadah, kebaikan, atau akhlak, hal itu mendorongnya untuk mencontoh dan mengaplikasikan perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Jika setiap individu sibuk dengan introspeksi diri, maka hubungan sosial dalam masyarakat akan lebih harmonis. Sebaliknya, jika seseorang sibuk mencari-cari kesalahan orang lain, justru akan menimbulkan permusuhan, fitnah, dan keretakan dalam mu’amalah.

مَن سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ في الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

“Barangsiapa menutupi aib sesame muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.”

  1. Bentuk tanggung jawab sosial

Cermin tidak pernah membohongi apa yang dipantulkannya. Dalam konteks hubungan sesama mukmin, hal ini berarti bahwa kita harus jujur dalam memberikan nasihat dan masukan kepada saudara kita. Ketulusan dalam memberikan nasihat menjadi kunci utama untuk mencapai perbaikan bersama, tanpa ada kepentingan pribadi atau keinginan untuk merendahkan orang lain.

Melalui cermin, setiap individu mukmin mesti saling menguatkan dan bukan sebaliknya. Mesti ada baik saat saudara mukmin lain sedang senang maupun susah. Tidak ada pilihan bagi sesama mukmin untuk left behind. Meninggalkan saudaranya di saat terpuruk.

Pepatah Arab mengatakan; صَدِيقُكَ مَنْ أَبْكَاكَ، لَا مَنْ أَضْحَكَكَ

Sahabatmu adalah orang yang membuatmu menangis (karena nasihat yang jujur), bukan yang membuatmu tertawa (tanpa manfaat).”

Teman (sejatimu) bukan lah orang yang hanya berada di sampingmu tatkala kamu bahagia, akan tetapi teman sejatimu adalah orang yang berada di dekatmu saat kamu susah. Ibarat pepatah ada gula ada semut. Ada uang abang kusayang, tidak ada uang abang kutendang.

Seorang mukmin tidak hanya fokus pada dirinya sendiri, tetapi memahami bahwa identitasnya terkait dengan komunitas mukmin lainnya. Setiap individu memiliki tanggung jawab dalam memperkuat iman bersama, dan dengan saling menjadi cermin bagi saudara-saudara mereka, para mukmin membangun kesadaran kolektif dalam menjalankan ajaran agama. Dengan saling mengingatkan dalam kebaikan, keimanan, dan ketaatan, terciptalah lingkungan yang kondusif untuk membentuk pribadi-pribadi yang lebih kuat dan lebih baik dalam iman.

Rasulullah ﷺ juga bersabda:  إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا، وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa kepada surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa kepada neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari Muslim)

Cermin itu simbol keterbukaan untuk kemajuan yang lebih baik dalam bertindak tanduk serta berperilaku. Individu yang sulit dan bahkan tidak mau maju salah satu sebabnya adalah karena jarang becermin (melakukan refleksi). Ada istilah mengatakan, “When you stop learning, you stop growing. When you stop learning, you start dying.” Ketika kamu berhenti belajar maka kamu berhenti untuk tumbuh (maju). Ketika kamu berhenti belajar, maka kamu akan mulai mati secara perlahan. Allahu a’lamu bishshowab. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini