*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Dalam kehidupan yang fana ini, waktu adalah harta paling berharga yang kita miliki. Semakin bertambah usia, dunia ini perlahan menjauhi kita, dan “liang kubur” mendekat.
Setiap hari yang berlalu adalah pengurangan satu hari dari usia kita, karena yang berlaku di dunia ini adalah “hukum terbalik”—semakin bertambah usia kita, semakin berkuranglah jatah waktu di dunia.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT mengingatkan bahwa umur yang tersisa sungguh tidak ternilai harganya, karena tidak ada satu makhluk pun yang mengetahui kapan ajal akan tiba.
Kita harus selalu mengingat bahwa setiap hari yang diberikan adalah amanah, dan tak ada kepastian bahwa kita akan menemui hari esok.
Sebagaimana yang disampaikan dalam hadis Rasulullah saw: “Gunakanlah lima perkara sebelum lima perkara: mudamu sebelum datang tuamu, sehatmu sebelum datang sakitmu, kayamu sebelum datang miskinmu, lapangmu sebelum datang sempitmu, dan hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. al-Hakim dan al-Baihaqi).
Artinya, waktu yang ada harus diisi dengan hal-hal yang bermanfaat dan bernilai, karena sesungguhnya waktu yang kita miliki amatlah singkat.
Waktu Sebagai Amanah yang Harus Dimanfaatkan
Kehidupan ini adalah anugerah, dan waktu adalah amanah yang diberikan kepada kita untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Allah SWT memberikan waktu tidak lebih dan tidak kurang dari yang kita butuhkan, namun kadang kita sendiri yang menyia-nyiakannya. Melalaikan waktu sama artinya dengan melalaikan kesempatan untuk berbuat baik.
Nabi Muhammad SAW mengingatkan bahwa manusia sering kali lalai terhadap dua nikmat besar, yaitu kesehatan dan waktu luang (HR. Bukhari). Dari dua nikmat ini, waktu adalah yang paling tidak bisa diulang, karena saat ia berlalu, ia tidak pernah kembali lagi.
Allah SWT berfirman:
“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-‘Asr: 1-3)
Ayat ini mengajarkan bahwa setiap waktu yang kita miliki harus dipenuhi dengan amal kebaikan, iman, serta kesabaran.
Dalam kehidupan sehari-hari, ini berarti kita harus berusaha sebaik mungkin untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain, baik dalam lisan, tindakan, maupun perbuatan.