Jamaah Ibadah Jum’ah Rakhimakumullah,
Keempat, tauhid yang benar melahirkan tauhid bil arkan atau tauhid yang menyatu dalam amal perbuatan.
Tauhid tidak cukup hanya di hati dan lisan, tetapi harus diwujudkan melalui amal saleh yang bermanfaat bagi umat manusia. Hal ini digambarkan dalam QS. Ibrahim: 24-25:
أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا كَلِمَةٗ طَيِّبَةٗ كَشَجَرَةٖ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٞ وَفَرۡعُهَا فِي ٱلسَّمَآءِ، تُؤۡتِيٓ أُكُلَهَا كُلَّ حِينِۢ بِإِذۡنِ رَبِّهَاۗ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَكَّرُونَ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya setiap musim dengan izin Tuhannya.”
Tauhid harus menghasilkan akhlak mulia, amal saleh, serta mencegah kemungkaran dan kezaliman.
Jamaah Ibadah Jum’ah Rakhimakumullah,
Kelima, dalam pengambilan keputusan, kita harus mengacu pada pendekatan yang komprehensif sesuai tuntunan Ilahi, yaitu pendekatan bayani (Al-Qur’an dan hadis), burhani (ilmu pengetahuan dan teknologi), dan irfani (ketenangan hati).
Dengan pendekatan ini, insya Allah keputusan kita akan membawa kebaikan di dunia dan akhirat.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الكَرِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيمِ, أَقُولُ قَولي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمِ