Penghina Al-Qur’an
Dorongan untuk mengagungkan Al-Qur’an, di sisi lain, juga memicu reaksi negatif dan perlawanan. Ketika diajak untuk mengikuti jejak para nabi, beberapa orang justru melawan.
Mereka bahkan menuduh para utusan Allah sebagai “tukang sihir” atau “pendusta,” sebagaimana dinarasikan Al-Qur’an:
وَعَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ وَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا سَاحِرٌ كَذَّابٌ
“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka sendiri, dan orang-orang kafir berkata, ‘Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta’.” (QS. Ṣād: 4)
Al-Qur’an menggambarkan bahwa hati mereka yang menentang Kalamullah telah membatu, sehingga tidak ada ruang untuk mengingat Allah. Firman-Nya menyatakan:
أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِنْ رَبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk menerima Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan yang membatu hatinya)? Kecelakaan besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Az-Zumar: 22)
Mereka yang tersesat cenderung menganggap perbuatan maksiat sebagai kebaikan dan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.
Kesesatan mereka akhirnya membawa mereka pada azab dan kehinaan. Al-Qur’an menarasikan bagaimana penyesalan mendalam akan dirasakan oleh mereka yang telah melakukan kemaksiatan, seperti disebutkan dalam ayat berikut:
أَفَمَنْ يَتَّقِي بِوَجْهِهِ سُوءَ الْعَذَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ وَقِيلَ لِلظَّالِمِينَ ذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ
“Maka apakah orang yang menoleh dengan mukanya menghindari azab yang buruk pada hari kiamat sama dengan orang mukmin yang tidak kena azab? Dan dikatakan kepada orang-orang yang zalim, ‘Rasakanlah olehmu, balasan apa yang telah kamu kerjakan’.” (QS. Az-Zumar: 24)
Allah membedakan mereka yang hati dan akalnya bercahaya, sehingga mampu menerima petunjuk dan melahirkan perbuatan baik, dari mereka yang hatinya tertutup.
Al-Qur’an mengisahkan mereka yang mendengarkan perintah Allah dan mengikuti yang terbaik:
الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ ۚ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَٰئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Az-Zumar: 18)
Inilah kabar gembira bagi mereka yang memuliakan Al-Qur’an. Dengan mengagungkannya, Allah memudahkan cahaya petunjuk masuk ke dalam hati mereka. Saat hati bercahaya, lahirlah perbuatan agung yang membawa kemuliaan. (*)
Surabaya, 2 November 2024
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News