*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana
Jika engkau tidak memiliki amal jariyah yang akan terus mengalir pahalanya setelah kematianmu, pastikan setidaknya engkau tidak meninggalkan dosa jariyah yang akan membebani dirimu tanpa henti.
Betapa menyedihkannya jika napas sudah terhenti, namun dosa-dosa tetap mengalir tanpa putus. Padahal, seharusnya saat kehidupan berakhir, segala perbuatan yang berdosa juga turut berhenti.
Namun dosa jariyah, dosa yang terus mengalir karena ditiru oleh orang lain, akan menjadi beban yang tak pernah berhenti jika perilaku buruk yang kita tinggalkan dilanjutkan oleh orang lain.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْء
“Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam Islam, maka ia akan mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukannya karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikit pun dosa mereka.” (HR. Muslim).
Bayangkan jika seseorang pertama kali mengunggah foto dirinya di media sosial atau internet tanpa menutup aurat, berpakaian ketat, dan bergaya yang tidak pantas.
Lalu ia meninggal dunia, tetapi gaya tersebut ditiru banyak orang, maka setiap orang yang meniru akan menambah aliran dosa kepadanya, tanpa mengurangi dosa mereka masing-masing.
Apalagi jika karena foto atau video tersebut orang lain tergoda melakukan maksiat, misalnya sampai melakukan zina.
Sang pengunggah yang telah wafat itu akan terus menerima aliran dosa dari perbuatan maksiat yang ditimbulkannya.
Demikian pula, siapa saja yang mengajak atau mempromosikan perbuatan buruk seperti mengajarkan kesyirikan, mendirikan ajaran sesat, membangun pabrik miras, atau memprovokasi permusuhan dan fitnah.
Selama orang-orang masih mengikuti jalan kesesatan itu, dosa-dosa mereka akan menjadi beban dosa jariyah bagi sang pelopor, meskipun ia telah tiada.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Siapa yang mengajak kepada kesesatan, ia mendapatkan dosa seperti dosa orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedikit pun.” (HR. Ahmad 9398, Muslim 6980).
Hati-hatilah, jangan sampai kita meninggalkan jejak dosa yang menjadi warisan, yang terus menambah beban kita di akhirat.
Mari tinggalkan kebaikan sebagai amal jariyah, bukan dosa yang tak berkesudahan. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News