Demikian halnya dengan suara. Kemampuan telinga manusia untuk menangkap suara terbatasi dalam rentang frekuensi 20 Hz hingga 20.000 Hz (20 kHz). Hal ini menyesuaikan dengan bentuk telinga luar dan dalam manusia. Rentang frekuensi tersebut dapat bervariasi tergantung pada usia dan kesehatan pendengaran seseorang, dengan orang yang lebih tua biasanya mengalami penurunan kemampuan mendengar frekuensi tinggi.
Untuk suara-suara berfrekuensi sangat tinggi maupun berfrekuensi sangat rendah yang melewati ambang batas kemampuan telinga, manusia tidak sanggup menangkapnya. Demikian halnya dengan suara bervolume keras, yang dapat merusakkan gendang telinga manusia. Sama halnya dengan indera manusia lainnya seperti penciuman, peraba, dan pengecap. Ada banyak bau, tekstur, dan rasa lainnya yang tidak dapat direngkuh oleh penciuman, perabaan, dan pengecapan.
Di sekitar kita ada banyak bentuk, warna, suara, bau, tekstur, dan rasa yang dapat ditangkap oleh mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah manusia. Tetapi, faktanya ada juga hal-hal lain yang tak dapat ditangkap oleh indera manusia di dunia. Hal ini karena indera manusia memang berfungsi untuk mencerap sekitar, menghubungkan antara aku yang ada dalam tubuh dengan lingkungan sekitar, namun juga sekaligus membatasi apa yang bisa ditangkap. Indera memang membuka kemungkinan interaksi aku dengan dunia luar namun ia tidak membuka secara keseluruhan eksistensi dunia luar tersebut.
Memang dalam hidup keseharian seorang manusia menangkap berbagai fenomena warna, suara, bau, tekstur, dan rasa yang dapat ditangkap oleh indera, secara default hal ini sudah cukup bagi manusia untuk bisa survive dalam kehidupan sehari-hari, tanpa harus bisa menangkap hal-hal di luar batasan indera. Namun, bagi mereka yang menggeluti dunia pengetahuan untuk mendapatkan insight yang lebih mendalam tentang sesuatu hingga pada level hakikat, baik untuk pendalaman intelektual maupun spiritual, maka hal-hal yang di luar batas indera menjadi kebutuhan untuk diketahui dan dipahami.
Untuk dapat memperoleh informasi tentang matahari yang lebih insightful, dengan berbagai keterbatasan mata, bisa diatasi dengan mengurangi intensitas kekuatan matahari yang sampai pada mata dengan menggunakan alat bantu berupa kacamata hitam atau teleskop yang termodifikasi sedemikian rupa agar mata pengamatnya tidak rusak. Demikian juga halnya dengan kemampuan manusia untuk melihat jarak yang sangat jauh.
Untuk dapat melihat objek yang tak dapat dipandang mata karena sangat jauhnya, manusia mengembangkan pembesaran jarak jauh berupa teleskop yang mampu memandang hingga melintas cakrawala dan menembus gugusan galaksi dengan teleskop James Webb.
Sama juga untuk melihat benda terdekat dengan diri manusia seperti mikroba/jasad renik di sekitarnya dan yang ada dalam tubuh manusia sendiri. Mata manusia tidak memiliki pembesaran mata sampai pada level mikroskopik karena lensa mata manusia sangat terbatas dalam hal pembesaran lensanya. Namun ia bisa dibantu dengan mikroskop, sehingga manusia pun bahkan bisa mengetahui “kehidupan” di bawah subatomik.
Keterbatasan dan treatment ini juga dialami oleh indera yang lainnya baik itu pendengaran, penciuman, perabaan, pengecapan. Untuk bisa mendengar suara yang berada di bawah atau di atas standar kemampuan pendengaran juga dilakukan dengan perlengkapan yang memadai. Untuk mendeteksi suara yang berada di bawah maupun di atas ambang batas pendengaran manusia, ada beberapa alat yang umum digunakan seperti Mikrofon Ultrasonik untuk mendeteksi frekuensi di atas 20 KHz, yang sering disebut sebagai suara ultrasonik untuk memantau suara kelelawar, memeriksa getaran mesin, dsb.
Mikrofon Infrasonik digunakan untuk menangkap suara dengan frekuensi di bawah 20 Hz yang dikenal sebagai infrasonik untuk mendeteksi aktivitas seismik, tsunami, aktivitas vulkanik, dan lainnya yang menghasilkan suara infrasonik. Berikutnya ada Hydrophone, merupakan mikrofon khusus untuk mendeteksi suara di bawah air, yang bisa berada di luar jangkauan pendengaran manusia. Alat ini sangat penting dalam oseanografi, misalnya, untuk mendeteksi suara ikan paus atau suara bawah laut lainnya. Dan alat bantu indera lainnya.
Indera sendirian tidak akan mampu untuk menangkap realitas sesuatu yang melebihi batas indera, baik batas atas maupun batas bawahnya. Namun rasa ingin tahu yang tinggi mendorong seseorang untuk mengungkap lebih dari sekadar apa yang nampak itu, bahkan di balik itu. Rasa ingin tahu manusia mendorongnya untuk menyingkap “tabir” yang menyelubungi realitas (tabir ini terbentuk karena keterbatasan inderanya).