Jadilah Sumber Inspirasi
Ilustrasi: adobestock
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana

Jadilah seperti bulan yang menerangi malam dan memberi inspirasi bagi yang melihatnya, meskipun belum sampai pada purnamanya.

Menjadi inspirator tidak berarti harus menunggu sempurna. Bahkan langkah-langkah kecil dalam hidup kita bisa memberi teladan dan menginspirasi orang lain.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً

“Sampaikan dariku, walaupun hanya satu ayat.” (HR. Bukhari, No. 3202)

Sabda ini mengajarkan bahwa dalam mengajak pada kebaikan atau berdakwah, kita tidak perlu menunggu menjadi alim atau sempurna.

Setiap dari kita bisa berbagi kebaikan yang kita ketahui, meski hanya satu ayat atau pengalaman.

Dalam hidup, kita sering kali berjumpa dan berpisah dengan banyak orang. Perjumpaan dan perpisahan adalah titik awal dan akhir dari kebersamaan.

Tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita memperkaya diri dan orang lain selama kebersamaan itu berlangsung.

Kebersamaan yang berkualitas akan memperkaya ilmu dan kearifan diri, yang dapat menjadi bekal untuk bab kehidupan berikutnya.

Dalam berteman, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan perumpamaan yang sangat berharga:

“Perumpamaan orang yang bergaul dengan orang saleh dan orang yang bergaul dengan orang buruk seperti penjual minyak wangi dan tukang tempa besi. Dari penjual minyak wangi, kamu bisa mendapatkan aroma harum, meskipun kamu tidak membelinya. Sedangkan dari tukang tempa besi, kamu mungkin akan terbakar tubuhmu atau pakaianmu, atau setidaknya mendapatkan bau yang tidak sedap.” (HR. Bukhari, No. 1959)

Pesan ini mengingatkan pentingnya memilih lingkungan yang baik, karena setiap pergaulan memengaruhi diri kita, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Walaupun merasa belum mumpuni, pengalaman hidup kita tetap bisa menjadi inspirasi bagi orang lain.

Memberi inspirasi juga dapat diartikan sebagai memberi nasihat atau berbagi kebijaksanaan dari pengalaman yang kita miliki.

Suatu hari, ada seseorang yang enggan memberi nasihat karena takut tidak mampu mengamalkannya sepenuhnya. Al-Hasan Al-Bashri menasihati:

“Apa ada yang mengamalkan setiap yang ia ucapkan? Sesungguhnya setan senang bila manusia berpikir demikian, sehingga mereka enggan mengajak pada kebaikan dan melarang dari keburukan.”

Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa memberi nasihat tidak harus menunggu kita sempurna. Yang terpenting adalah niat baik dan upaya untuk saling mengingatkan dalam kebaikan.

Referensi Al-Qur’an dan Hadis

1. Tentang Menyampaikan Kebaikan

Allah SWT berfirman:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl: 125)

Ayat ini menegaskan pentingnya berdakwah dan mengajak kepada kebaikan dengan cara yang baik dan bijak, tanpa menunggu kesempurnaan diri.

2. Tentang Memberi Nasihat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Agama itu adalah nasihat.” Kami (para sahabat) bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, pemimpin kaum muslimin, dan seluruh umatnya.” (HR. Muslim, No. 55)

Hadis ini menekankan bahwa nasihat adalah bagian dari agama, dan memberi nasihat kepada sesama adalah bentuk pengamalan iman.

3. Tentang Berbuat Kebaikan Secara Bertahap

Allah SWT berfirman:

“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar).’” (QS. Al-Isra: 53)

Ayat ini mengajarkan bahwa meskipun hanya dalam bentuk kata, setiap kebaikan kecil yang kita sampaikan dapat memberi manfaat bagi orang lain.

Dengan memahami pentingnya memberi inspirasi, kita bisa terus berupaya menjadi sumber cahaya bagi orang lain, meskipun belum sempurna.

Setiap langkah kecil menuju kebaikan adalah bagian dari proses yang lebih besar, yang memberi nilai dalam hidup kita dan orang lain di sekitar kita. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini