*) Oleh: Muhammad Nashihudin, MSi
Ketua Majelis Tabligh PDM Jakarta Timur
Allah SWT memanggil pada hambaNya dengan panggilan yang sangat lembut dan halus, agar manusia sadar akan kelalaiannya dalam rangka kehidupan sehari-hari, karena Dia mempunyai sifat sifat yang agung Rahman dan Rahim.
Bagi mereka yang masih suka berbuat dosa dan maksiat, meminta supaya cepat kembali demi memperbaiki diri agar lebih baik’ dan mengambil langkah langkah positif untuk mendapatkan ridhoNya.
Allah SWT berfirman:
اِعْلَمُوْۤا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَا بِ وَاَ نَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Ketahuilah, bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya dan bahwa Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
(QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 98)
Adapun panggilan Allah SWT kepada para hamba-Nya agar selamat dan meraih kesuksesan dan keberhasilan di dunia dan akhirat.
Panggilan untuk berjihad, berbekal, berhaji dan bertamasya ke surga.
1. Panggilan untuk para hambaNya yang berbuat maksiat untuk segera bertaubat
قُلْ يٰعِبَا دِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
“Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
وَاَ نِيْبُوْۤا اِلٰى رَبِّكُمْ وَاَ سْلِمُوْا لَهٗ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَكُمُ الْعَذَا بُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong.”
(QS. Az-Zumar 39: Ayat 53- 54)
2. Panggilan untuk para hamba-Nya yang sukses untuk segera pulang kampung ke akhirat
يٰۤاَ يَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
“Wahai jiwa yang tenang!”
ارْجِعِيْۤ اِلٰى رَبِّكِ رَا ضِيَةً مَّرْضِيَّةً
“Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya.”
فَا دْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِى
“Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,”
وَا دْخُلِيْ جَنَّتِى
“dan masuklah ke dalam surga-Ku.”
(QS. Al-Fajr 89: Ayat 28-30)
3. Panggilan untuk berjihad demi meraih kemenangan
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ تَـنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَا مَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
وَا لَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَتَعْسًا لَّهُمْ وَاَ ضَلَّ اَعْمَا لَهُمْ
“Dan orang-orang yang kafir, maka celakalah mereka, dan Allah menghapus segala amalnya.”
(QS. Muhammad 47: 7- Ayat 8)
3.Panggilan agar para hamba Nya agar mereka mempersiapkan diri bekal menuju ke akhirat
قُلْ لِّـعِبَا دِيَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَا نِيَةً مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيْهِ وَلَا خِلٰلٌ
“Katakanlah (Muhammad) kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman, “Hendaklah mereka melaksanakan salat, menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan secara sembunyi atau terang-terangan sebelum datang hari, ketika tidak ada lagi jual beli dan persahabatan.””
(QS. Ibrahim 14: Ayat 31)
4. Kajian Tafsir Ibnu Katsir tentang panggilan berhaji
Al-Hajj, ayat 26-27
{وَإِذْ بَوَّأْنَا لإبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ (26) وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ (27) }
Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang tawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang rukuk dan sujud. Dan serulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.
Di dalam ayat ini, terkandung makna yang mengecam dan mencela orang-orang yang menyembah selain Allah dan mempersekutukan-Nya dengan yang lain dari kalangan Quraisy; yang justru hal itu dilakukan di negeri yang pada mulanya dibangun untuk tujuan mengesakan Allah dan menyembah-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya. Kemudian Allah menyebutkan bahwa Dia telah menempatkan Ibrahim di suatu tempat di Baitullah, yakni Allah memberinya petunjuk ke tempat itu dan menyerahkannya kepada dia serta mengizinkannya untuk membangun rumah di tempat tersebut. Kebanyakan ulama menjadikan ayat ini sebagai dalil yang menunjukkan bahwa sesungguhnya Ibrahim a.s. adalah orang yang pertama membangun Baitul Atiq (Ka’bah), dan bahwa sebelum itu Ka’bah tidak ada yang membangunnya.
Disebutkan di dalam kitab sahihnya melalui Abu Zar yang mengatakan bahwa:
قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ مَسْجِدٍ وُضعَ أَوَّلُ؟ قَالَ: “الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ”. قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: “بَيْتُ الْمَقْدِسِ”. قُلْتُ كَمْ بَيْنَهُمَا؟ قَالَ: “أَرْبَعُونَ سَنَةً”
ia bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, masjid manakah yang pertama dibangun?” Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) menjawab, “Masjidil Haram.” Ia bertanya lagi, “Lalu masjid mana lagi?” Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) menjawab, “Baitul Muqaddas.” Ia bertanya, “Berapakah jarak di antara keduanya?” Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) menjawab.”Empat puluh tahun.”