*) Oleh: Ali Efendi, M Pd.
Kepala SMPM 14 Ponpes Karangasem & Ketua Ketua FOSKAM SMP Lamongan
79 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 10 November 1945 arek-arek Surabaya yang dipimpin oleh Bung Tomo (Soetomo) berjuang fisik melawan tentara sekutu atau AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies) yang dipimpin oleh Brigjen Mallabay.
Kedatangan tentara sekutu ke Indoneisa dengan dalih melucuti dan mengembalikan tentara Jepang ke negaranya, serta menstabilkan kemanan wilayah Asia Tenggara pasca perang dunia kedua di kawawan Asia Pasifik.
Ternyata kedatangan tentara sekutu ke Indonesia diboncengi oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Tentunya NICA bermaksud menjajah dan menguasai kembali NKRI. Hal ini yang membuat rakyat Indonesia di berbagai daerah melakukan perlawanan terhadap kedatangan sekutu yang disusupi NICA.
Salah satu pertempuran melawan tentara sekutu terjadi di Jawa Timur, Arek-arek Surabaya melakukan perlawanan sengit terhadap tentara sekutu pada tanggal 10 November 1945. Peristiwa kemudian dijadikan momentum untuk memperingati “Hari Pahlawan”.
Pahlawan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran atau pejuang yang gagah berani.
Maka berjuang membela tanah air dari kolonialisme dan imperialisme didasari dengan kebenaran menjadi salah satu tugas mulia pahlawan. Berjuang dalam bahasa Arab terambil dari kata jihad (berjihad) yang berasal dari kata jahada atau jahdun yang berarti usaha atau juhdun yang berarti kekuatan.
Secara bahasa, asal makna jihad adalah mengeluarkan segala kesungguhan, kekuatan, dan kesanggupan pada jalan yang diyakini (diiktikadkan) bahwa jalan itulah yang benar (https://kaltim.kemenag.go.id).
Kata Jihad dalam KBBI memiliki tiga arti: 1) usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai kebaikan; 2) upaya membela agama dengan mengorbankan harta dan nyawa; 3) perang suci melawan orang kafir untuk mempertahankan agama Islam.
Kategori pahlawan pun ada banyak, tergantung dengan prestasi yang disumbangkan, seperti; pahlawan kemanusiaan, pahlawan nasional, pahlawan perintis kemerdekaan, pahlawan revolusi, pahlawan proklamasi, pahlawan iman, pahlawan tanpa tanda jasa, dan sebagainya (Kristi, 2010: 56).
Spirit Jihad Pahlawan Hidup Sepanjang Masa
Dalam babakan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah, baik zaman perlawanan maupun zaman pergerakan merupakan proses perjalanan yang sangat panjang dan berat bagi pahlawan. Seluruh modal yang dimiliki dipertaruhkan, seperti; harta benda, jiwa dan raga dikorbankan demi meraih kemerdekaan.
Para pejuang Indonesia yang telah wafat mendahului kita, sesunggunya mereka tidak wafat melainkan masih hidup di sisi Allah SWT. Hanya saja kita tidak menyadari, maka kita tidak boleh mengira dan bahkan tidak boleh mengatakan para pahlawan yang gugur berjuang di jalan Allah telah wafat. Sebagai mana firman Allah SWT.
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ
Artinya: Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki (QS. Ali Imran: 169).
وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَن يُقْتَلُ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمْوَٰتٌۢ ۚ بَلْ أَحْيَآءٌ وَلَٰكِن لَّا تَشْعُرُونَ
Artinya: Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya (QS. Al-Abaqarah: 154).
Secara fisik, para pahlawan memang telah wafat dan jasadnya dikubur di liang lahat diberi tanda batu nisan, tetapi ruh (spiritnya) masih tetap hidup sepanjang masa. Nama-nama mereka diabadikan dalam moment terbaik, seperti; diperingati setiap tahun, dipakai nama jalan, gedung, lapangan terbang, stadium, dan nama-nama lainnya.
Gambar para pahlawan dicetak berulang-kali dan dipasang di kelas, kantor, pendopo, gedung, museum, auditorium, dan ruang pertemuan. Begitu juga gambar pahlawan nasional, kita temui setiap saat dalam mata uang kertas maupun koin dalam kegiatan perekonomian.
Setiap melihat gambar pahlawan, seolah-olah mereka bertanya kepada kita dengan pertanyaan yang subtantif, “Apakah kamu sudah berjuang (berjihad) untuk agama, bangsa, dan negara?”
Maka “Hari Pahlawan” tidak hanya sekedar momen upacara seremonial dengan mengenang jasa perjuangannya, tetapi kita harus bangkit dan berjuang melawan musuh yang berbeda dengan yang dihadapi para pahlawan. Berjuang melawan hawa nafsu, kemalasan, kobodohan, kemiskinan, perilaku yang korup, dan sebagainya.
Selamat “Hari Pahlawan” 10 November 2024, semoga mampu mengikuti jejak para pahlawan yang spiritnya hidup melintasi setiap zaman.(*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News