Kisah Indah Menjemput Kematian
UM Surabaya

*Oleh: Ridwan Manan
Pengajar Ponpes Al Fattah Sidoarjo

Imam Ghazali menyatakan bahwa teman yang paling akrab dengan manusia adalah kematian. Kematian bisa datang kapan saja, kepada siapa saja dan kondisi apa saja. Kepastiannya tidak bisa ditunda, dimajukan atau diahirkan.
Firman Allah

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ​ۚ فَاِذَا جَآءَ اَجَلُهُمۡ لَا يَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَةً​ وَّلَا يَسۡتَقۡدِمُوۡنَ‏

Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.(QS. Al A’raf 34)

قُلۡ اِنَّ الۡمَوۡتَ الَّذِىۡ تَفِرُّوۡنَ مِنۡهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيۡكُمۡ​ ثُمَّ تُرَدُّوۡنَ اِلٰى عٰلِمِ الۡغَيۡبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمۡ بِمَا كُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ

Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.( QS Al Jumuah 8)

Tidak ada seorang pun makluk yang mengetahui takdir kematiannya. Allah merahasiakannya hikmahnya agar manusia berhati-hati dan bersiap dengan amalan terbaiknya.

Rasulullah mengatakan orang yang cerdas bukanlah para cerdik pandai tetapi orang yang mampu mengendalikan nafsunya dan menyiapkan bekal sesudah kematiannya
.
عَنْ أَبِي يَعْلَى شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا ثُمَّ تَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang cerdas (bijak) adalah orang yang bisa menahan nafsunya dan beramal untuk setelah kematian, dan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan selalu berangan-angan (kosong) atas Allah.” (HR Ibnu Majah)

Husnul khotimah

Alangkah bahagianya orang yang melakukan kebaikan disaat Allah mencabut nyawanya. Diberikan taufik untuk melakukan kebaikan di akhir hidupnya. Karena amalan yang terakhir menentukan kebahagiaan hidup sesudah kematian.

الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya .” (HR.Bukhari )

Amalan yang dimaksud di sini adalah amalan baik, bisa juga amalan jelek. Maksud ‘bil khawatim’ adalah amalan yang dilakukan di akhir hidupnya.

Kisah indah menjemput kematian seorang dai sedang ceramah di tempat yang dia rindukan dulu dia belajar pada masa mudanya di Pondok Pesantren Al Fattah Buduran Sidoarjo. Di tengah dia memberikan tausiyah, ia merasa badannya gemetar dan lemah, hanya beberapa saat tidak sadarkan diri dan mengantarkan pada kematiannya esok harinya.

Adalah Ustaz Mas’al Romli, S.Sos yang sehari hari berkhidmat sebagai Sekretaris Majelis Tabligh PDM Kota Mojokerto. Sungguh indah takdir akhir hidupnnya. Kebaikan akhir hidupnya disaksikan para orang saleh yang sedang menuntut ilmu dan para malaikat yang sedang mengelilingi dan menaungi majelis ilmu. Tiada puncak kesuksesan tertinggi bagi orang beriman kecuali husnul khotimah.

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini