Seorang hamba yang memahami posisinya di dunia, seperti pengembara, pasti memiliki kesadaran untuk kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan amal baik yang telah dilakukannya.
Pepatah Jawa “Mampir Ngombe” menggambarkan kehidupan dunia yang singkat—seperti berhenti sejenak untuk minum sebelum melanjutkan perjalanan. Begitu pula dengan dunia; kita tidak berhenti di dunia, tetapi melanjutkan perjalanan menuju akhirat.
Imam Abu Hanifah berkata:
“Dunia itu lebih sedikit daripada yang paling sedikit. Para pecinta dunia itu lebih rendah daripada yang rendah, dan sihir dunia mampu membutakan dan membikin tuli telinga kita.”
Rasulullah saw memberi jalan tengah terkait keseimbangan dunia dan akhirat. Dalam hadis riwayat Imam al-Baihaqi dari Ibnu Umar RA, beliau bersabda:
“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok pagi.”
Hadis ini mengajarkan kita untuk memberikan yang terbaik, baik dalam urusan duniawi maupun ukhrawi, karena kehidupan di dunia ini akan menentukan nasib kita di akhirat. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News