Kepribadian Profesional Pemimpin Muhammadiyah Berdasarkan Nilai-nilai Al-Qur’an
Pelatihan Penggerak Utama Persyarikatan untuk Unsur Pembantu Pimpinan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta.
UM Surabaya

Sebagai seorang mukmin dan pemimpin dalam Muhammadiyah, memiliki kepribadian profesional sangatlah penting. Keprofesionalan ini tidak hanya diukur dari kemampuan teknis, tetapi juga dari pemahaman dan penerapan nilai-nilai dalam Al-Qur’an yang memberikan pedoman etis dalam bertindak.

Hal tersebut menjadi poin utama yang disampaikan oleh Ghoffar Ismail, Fasilitator pada kajian “Tanwirul Qulub” dalam Pelatihan Penggerak Utama Persyarikatan untuk Unsur Pembantu Pimpinan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah tanggal 14 hingga 17 November 2024 di Yogyakarta.

Dalam pelatihan yang diikuti oleh para Sekretaris Majelis dan Lembaga tingkat pusat, mereka dibagi ke dalam lima kelompok untuk berdiskusi berdasarkan lima ayat Al-Qur’an. Salah satu ayat yang dibahas adalah QS. Al-Qasas ayat 26, yang menekankan dua sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu kuat dan amanah.

“Pemimpin yang kuat menunjukkan ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan, sementara amanah mencerminkan integritas yang tinggi, sehingga pemimpin tersebut dapat dipercaya dalam menjalankan tugasnya,” terang Ghoffar.

Ditambahkannya, sikap profesional seorang pemimpin juga tercermin dalam sifat inovatif dan produktif, sebagaimana disebutkan dalam QS. Saba’ ayat 12. Ayat ini mengingatkan bahwa pemimpin yang baik tidak hanya menjalankan tanggung jawab yang ada, tetapi juga berupaya untuk memajukan amal usahanya dengan pemikiran kreatif dan penuh inovasi.

“Ini sangat relevan dengan semangat Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang berkemajuan, di mana setiap pemimpin diharapkan mampu memberikan solusi baru dan cara-cara efektif dalam menghadapi berbagai tantangan dakwah,” ujarnya.

Selanjutnya, QS. An-Nisa ayat 58 mengajarkan pentingnya menunaikan amanah dengan adil dan bijaksana. Pemimpin yang profesional di Muhammadiyah dituntut untuk memiliki komitmen tinggi dalam menegakkan keadilan di semua bidang, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam pengelolaan amal usaha.

“Keputusan yang adil akan meningkatkan kepercayaan anggota organisasi, sementara kebijaksanaan dalam bertindak memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil didasarkan pada pertimbangan yang matang dan mendalam,” tandasnya.

Ayat lainnya, QS. At-Taubah ayat 105, mengarahkan pemimpin untuk bekerja dengan penuh dedikasi, sembari senantiasa merasa diawasi oleh Allah. Kesadaran akan pengawasan ini memunculkan akhlak mulia dan akuntabilitas dalam setiap tindakan.

Seorang pemimpin yang profesional tidak hanya bekerja untuk meraih hasil terbaik, tetapi juga bekerja dengan niat ibadah dan selalu melakukan introspeksi terhadap kualitas kerjanya.

“Kesadaran bahwa pekerjaan diawasi oleh Allah akan menjaga mereka dari penyimpangan dan menjaga niat tetap lurus,” ujarnya.

Dalam konteks ini, lanjut Ghoffar, terdapat lima ciri pribadi profesional menurut QS. At-Taubah 105, yaitu: pertama, inner-worldly asceticism (bekerja sebagai ibadah); kedua, ihsan (bekerja untuk meraih yang terbaik); ketiga, self-controlled (bekerja dengan kesadaran bahwa pekerjaan disaksikan Allah dan lingkungan); keempat, kebermanfaatan (bekerja untuk kemaslahatan umat); dan kelima, inklusivitas (bekerja dalam muamalah duniawi yang bersifat inklusif).

Terakhir, QS. Al-Baqarah ayat 247 mengingatkan akan pentingnya ilmu dan fisik yang kuat sebagai modal utama seorang pemimpin. Pemimpin Muhammadiyah yang profesional harus memiliki kapasitas keilmuan yang luas serta kondisi fisik yang prima agar dapat menjalankan tugas dengan optimal.

Pengetahuan yang luas akan membantu pemimpin dalam membuat keputusan yang tepat, sementara kesehatan yang baik memungkinkan mereka untuk melaksanakan dakwah dengan efektif dan efisien.

“Dengan kombinasi keduanya, seorang pemimpin Muhammadiyah tidak hanya kompeten, tetapi juga mampu menjalankan amanah dengan baik, memberikan inspirasi, serta membawa kemajuan bagi umat,” imbuhnya.

Dengan mengikuti ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an, pemimpin Muhammadiyah diharapkan mampu membangun organisasi yang tidak hanya maju secara intelektual, tetapi juga kokoh dalam karakter, etika, dan komitmen terhadap kebaikan umat. (ghoffar ismail)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini