Indonesia yang Plural
Meskipun penjajahan telah berakhir, warisan perbedaan sosial dan primordialisme masih tetap ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Etnosentrisme dan sikap primordial seringkali muncul dan memicu ketegangan, bahkan dalam ranah keagamaan.
Untuk itu, menjaga kerukunan antar umat beragama menjadi sangat penting. Berdasarkan wawancara dengan berbagai tokoh agama di berbagai kegiatan lintas etnis, mereka sepakat bahwa pentingnya menjaga kerukunan harus dimulai dengan pemahaman tentang pluralitas dan toleransi, yang perlu ditanamkan sejak dini.
Dengan memahami makna toleransi sejak kecil, anak-anak dapat belajar untuk bekerja sama tanpa rasa canggung, serta saling memahami perbedaan tanpa mengurangi nilai hidup, budaya, dan pengamalan agama yang mereka anut.
Mengajarkan toleransi dalam kehidupan sehari-hari akan mendorong generasi muda untuk membangun sikap moderat dan menghargai perbedaan tanpa adanya prasangka.
Toleransi dalam Islam
Dalam Islam, toleransi bukanlah konsep yang asing. Bahkan, Islam dengan tegas menjunjung perbedaan keyakinan sebagai hak yang harus dihormati.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan bahwa mencampuradukkan akidah dan peribadatan antara agama Islam dan agama lain adalah hal yang dilarang.
Toleransi adalah bagian integral dari ajaran Islam, yang terus dijunjung dalam berbagai karya ilmiah para ulama, seperti yang tertulis dalam pemikiran Ibnu Khaldun tentang kerjasama sosial untuk menciptakan peradaban yang harmonis.
Sebagai contoh, dalam berbagai karya besar, Ibnu Khaldun menekankan pentingnya kerjasama antara umat manusia sebagai salah satu dasar terbentuknya kerukunan dalam kehidupan sosial.