*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana
Setiap orangtua tentu mendambakan anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang sukses dan berhasil. Namun, pernahkah kita merenungkan, apa sebenarnya makna kesuksesan itu?
Sering kali, standar kesuksesan diukur dari materi: penghasilan besar, aset melimpah, jabatan tinggi, atau status sosial yang prestisius.
Sayangnya, jika hanya berpatokan pada ukuran ini, banyak orang justru terjerumus pada kerusakan dan kezaliman.
Tidak sedikit yang kaya raya namun menjadi perusak lingkungan, atau berkuasa tetapi bertindak sewenang-wenang.
Pandangan manusia cenderung terbatas pada apa yang terlihat di mata. Padahal, kesuksesan sejati hanya dapat diukur dengan parameter yang ditentukan oleh Allah, Sang Pencipta kehidupan.
Firman Allah dalam Al-Qur’an menegaskan pentingnya keshalihan seorang anak:
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang yang saleh.” (Ash-Shaffat: 100)
Menurut Al-‘Allamah Abdurrahman As-Sa’di, anak saleh adalah anak yang memberi manfaat kepada orang tua, baik semasa hidup maupun setelah mereka wafat.
Semasa hidup, ia berbakti kepada orang tua, mengenalkan tauhid dan sunnah, bermuamalah baik, dan senantiasa mendoakan.
Setelah mereka tiada, anak shalih terus memohonkan rahmat dan ampunan bagi mereka.
Rasulullah saw juga bersabda:
“Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang senantiasa mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim). Bahkan, disebutkan dalam riwayat lain bahwa seseorang dapat ditinggikan derajatnya di surga berkat istighfar anaknya (HR. Ibnu Majah).
Kisah Umar bin Abdul Aziz, khalifah yang adil, menjadi pelajaran berharga. Ketika wafat, ia hanya meninggalkan warisan kurang dari 20 dirham bagi anak-anaknya. Namun, ia mewasiatkan kepada mereka untuk bertakwa kepada Allah.
Hasilnya? Salah satu anaknya menjadi kaya raya dan mampu menyumbangkan seratus ekor kuda untuk jihad fi sabilillah.
Dari sini, kita belajar bahwa tugas utama orang tua bukan hanya memastikan anak-anaknya sukses secara materi, tetapi terlebih mendidik mereka menjadi pribadi yang saleh.
Kesalehan itu yang akan menjadi kebanggaan di dunia dan akhirat, serta investasi terbaik yang tak ternilai harganya.
Indikator anak saleh dapat dimulai dari menjaga salatnya. Sebagaimana firman Allah, salat akan menjauhkan seseorang dari perbuatan keji dan mungkar (QS. Al-Ankabut: 45).
Dengan salat sebagai pondasi, kehidupan anak akan tertata baik, penuh keberkahan, dan menjadi cahaya bagi keluarga dan masyarakat.
Mari, sebagai orangtua, kita fokus menanamkan nilai-nilai kesalehan dalam jiwa anak-anak kita, menjadikan mereka penerus yang membawa keberkahan, bukan hanya untuk keluarganya, tetapi juga bagi umat dan dunia. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News