*) Oleh: dr. Tri Sutopo,
Mahasiswa Magister Administrasi Rumah Sakit UMY
Di era teknologi canggih dan serba digital, istilah rebahan semakin populer, terutama di kalangan Gen-Z.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rebahan merujuk pada perilaku berbaring santai, yang sering kali dikaitkan dengan gaya hidup yang santai atau malas.
Namun, siapa sangka bahwa gaya hidup ini kini dipadukan dengan akses mudah ke berbagai layanan, termasuk layanan kesehatan.
Transformasi digital di dunia kesehatan telah menciptakan revolusi besar, memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan medis tanpa perlu meninggalkan kenyamanan rumah.
Salah satu inovasi penting adalah telemedicine, yang memungkinkan konsultasi kesehatan dilakukan hanya dengan menggunakan ponsel pintar.
Transformasi Digital dalam Kesehatan
Transformasi digital menghadirkan berbagai manfaat, seperti akses layanan kesehatan yang lebih baik, perawatan yang lebih efisien, dan kolaborasi tim medis yang lebih optimal.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telemedicine didefinisikan sebagai layanan kesehatan jarak jauh melalui teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Layanan ini mencakup diagnosis, pengobatan, pencegahan, penelitian, evaluasi, hingga pendidikan bagi profesional kesehatan.
Di Indonesia, salah satu fasilitas kesehatan yang sukses memanfaatkan telemedicine adalah RS PKU Muhammadiyah Gamping.
“RS PKU Muhammadiyah Gamping telah menggunakan telemedicine sejak awal pandemi COVID-19 dan tetap aktif hingga saat ini,” ungkap Oki Wahyu Nugroho, S.Kom., staf IT RS PKU Muhammadiyah Gamping, dalam kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Ia menambahkan bahwa layanan ini meningkatkan kepuasan pasien karena memberikan kemudahan akses ke konsultasi dokter maupun tenaga kesehatan lainnya.
Kemudahan Layanan Telemedicine
Proses konsultasi melalui telemedicine sangat sederhana. Pasien cukup mendaftar melalui aplikasi rumah sakit, mengatur jadwal konsultasi, dan melakukan sesi melalui video call.
Dalam sesi ini, pasien dapat mendiskusikan gejala, kondisi, dan rencana pengobatan dengan dokter.
Menurut jurnal “Telemedicine Sebagai Portal Komunikasi untuk Konsultasi Kesehatan Jarak Jauh” (Larassati et al., 2024), telemedicine memberikan berbagai keuntungan, seperti:
- Diagnosa lebih cepat.
- Respons kedaruratan yang lebih baik.
- Pengurangan biaya transportasi.
- Optimalisasi prosedur klinis.
- Tantangan dan Potensi
Meskipun menawarkan segudang kemudahan, telemedicine masih memiliki kendala. Masalah koneksi internet yang tidak stabil, keterbatasan waktu konsultasi, dan kebutuhan pemeriksaan fisik langsung pada kasus tertentu menjadi tantangan yang perlu diatasi.
Salah satu contoh, meski telemedicine dapat membantu dalam konsultasi awal atau tindak lanjut, beberapa kasus medis memerlukan pemeriksaan fisik yang hanya bisa dilakukan secara langsung.
Namun, dengan penyesuaian dan pengembangan lebih lanjut, telemedicine dapat menjadi solusi utama dalam meningkatkan akses kesehatan yang modern dan efisien.
Gaya hidup digital yang diadopsi oleh generasi muda pun mendukung penerapan inovasi ini secara luas.
Transformasi digital kesehatan melalui telemedicine adalah bukti nyata bahwa inovasi teknologi mampu menjembatani kebutuhan medis dengan gaya hidup masa kini, menghadirkan layanan kesehatan yang praktis dan relevan untuk semua generasi. (*)
Referensi:
Azzahra, S. et al. (2024). Telemedicine Sebagai Portal Komunikasi Untuk Konsultasi Kesehatan Jarak Jauh. Action Research Literate, 9(2), 139–144.
WHO (2021). Global Strategy on Digital Health 2020–2025. Geneva: WHO.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News