Demikianlah menurut Imam Ahmad; Imam Muslim di dalam kitab sahihnya telah meriwayatkan hal yang sama, dan Imam Tirmidzi telah meriwayatkannya pula; semuanya meriwayatkannya melalui Qutaibah dari Al-Lais ibnu Sa’d dengan sanad yang sama. Imam Muslim telah meriwayatkannya pula melalui jalur lain dengan lafaz yang sama dari Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi, dari Abu Sirmah Al-Ansari r.a., dari Abu Ayyub r.a.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ الْحَرَّانِيُّ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عَمْرِو بْنِ مَالِكٍ النُّكري قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ عَنِ أَبِي الْجَوْزَاءِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “كَفَّارَةُ الذَّنْبِ النَّدَامَةُ”، وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَجَاءَ اللَّهُ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ، فَيَغْفِرُ لَهُمْ”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Malik Al-Harrani, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Amr ibnu Malik Al-Bakri yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) pernah bersabda: Kifarat (penghapus) dosa ialah penyesalan. Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) telah bersabda pula: Seandainya kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan mendatangkan suatu kaum yang berbuat dosa, lalu Dia memberi ampun bagi mereka.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara tunggal.
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ ابْنُ الْإِمَامِ أَحْمَدَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ النَّرسِي، حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مَسْلَمَةُ الرَّازِيُّ، عَنْ أَبِي عَمْرٍو الْبَجَلِيِّ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ سُفْيَانَ الثَّقَفِيِّ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَنَفِيَّةِ، عَنْ أَبِيهِ، عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ الْمُفَتَّنَ التَّوَّابَ”.
Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdul A’la ibnu Hammad Al-Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah alias Maslamah ibnu Abdullah Ar-Razi, dari Abu Amr Al-Bajali, dari Abdul Malik ibnu Sufyan As-Saqafi, dari Abu Ja’far alias Muhammad ibnu Ali, dari Muhammad ibnul Hanafiyyah, dari ayahnya (yaitu Ali ibnu AbuTalib r.a.) yang mengatakan bahwa Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) pernah bersabda: Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang teperdaya oleh dosa lagi suka bertobat.
Mereka tidak ada yang mengetengahkannya dari jalur ini.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Sabit dan Humaid, dari Abdullah ibnu Ubaid ibnu Umair yang mengatakan bahwa iblis la’natullah berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau mengusirku dari surga karena Adam, dan sesungguhnya aku tidak dapat mengalahkannya kecuali dengan kekuasaan dari-Mu.” Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman, “Kalau begitu, engkau mendapat kekuasaan itu.” Iblis berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku tambahan.” Allah berfirman, “Tidak sekali-kali dilahirkan bagi Adam seorang anak, melainkan dilahirkan pula seorang anak bagimu.” Iblis berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku tambahan.” Allah berfirman, “Aku jadikan dada mereka sebagai sarang kamu, dan kamu dapat merasuki mereka melalui aliran darahnya.” Iblis berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku tambahan.” Allah berfirman, “Aku datangkan terhadap mereka dengan pasukan kuda dan pasukan jalan kakimu, dan bersekutulah dengan mereka dalam harta benda dan anak-anak, dan umbarkanlah janjimu kepada mereka. Dan tiadalah yang dijanjikan oleh setan kepada mereka, melainkan hanya tipuan belaka.” Maka Adam a.s. berkata, “Ya Tuhanku, Engkau telah memberi kekuasaan kepada Iblis untuk dapat menggodaku, dan sesungguhnya aku tidak mampu menahannya kecuali dengan pertolongan-Mu.” Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman, “Tidak sekali-kali dilahirkan seorang anak bagimu, melainkan Aku perintahkan kepada malaikat untuk menjaganya dari qarin-nya (teman setannya) yang jahat.” Adam a.s. berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku tambahan.” Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman, “Satu kebaikan menjadi sepuluh kali lipatnya atau Aku tambahkan lagi kelipatannya, dan satu keburukan ditulis satu atau Aku hapuskan.” Adam berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku tambahan.” Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman, “Pintu tobat tetap terbuka selama roh berada di dalam tubuh.” Adam berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku tambahan.” Maka Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az-Zumar: 53)
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Nafi’ telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Umar, dari Umar r.a. tentang pendapatnya yang mengatakan, “Dahulu kami mengatakan bahwa tidak sekali-kali Allah menerima amal sunnah, amal wajib, dan tobat seseorang yang teperdaya melakukan dosa. Mereka telah mengenal Allah, tetapi berbalik ingkar kepada (nikmat)-Nya, sungguh itu merupakan petaka yang menimpa mereka.” Dan pada mulanya para sahabat pun mempunyai pendapat yang sama. Ketika Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) tiba di Madinah, maka Allah menurunkan firman-Nya sebagai jawaban terhadap pendapatku dan juga pendapat mereka yang demikian itu, yaitu firman-Nya: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedangkan kamu tidak menyadarinya. (Az-Zumar: 53-55)
Umar r.a. mengatakan bahwa lalu ia menulisnya pada suatu lembaran dan ia kirimkan kepada Hisyam ibnul As r.a. Maka ketika Hisyam menerima surat itu, ia membacanya di Zi Tuwa dengan terlebih dahulu mendaki ke puncaknya, lalu membacanya dengan bersuara, tetapi masih belum mengerti. Akhirnya ia berkata, “Ya Allah, berilah aku pemahaman terhadap ayat-ayat ini.” Maka Allah (Subhanahu wa Ta’ala) memberikan pemahaman ke dalam hatiku, bahwa sesungguhnya ayat ini diturunkan berkenaan dengan kami dan pendapat kami terhadap diri kami, dan dikatakan berkenaan dengan sikap kami. Maka aku turun menuju ke untaku, lalu kukendarai dan langsung bergabung dengan Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) di Madinah.
Kemudian Allah (Subhanahu wa Ta’ala) menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya untuk segera bergegas bertobat. Untuk itu Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman:
{وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ}
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya. (Az-Zumar: 54), hingga akhir ayat.
Maksudnya, kembalilah kamu ke jalan Allah dan berserah dirilah sepenuhnya kepada-Nya.
{مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ}
sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong lagi. (Az-Zumar: 54)
Yakni segeralah bertobat dan mengerjakan amal saleh, sebelum azab menimpamu.
{وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنزلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ}
Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. (Az-Zumar: 55)
Yaitu Al-Qur’an, yang merupakan Kitabullah yang terbaik dari kitab-kitab Allah lainnya yang pernah Dia turunkan kepada manusia.
{مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ}
sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedangkan kamu tidak menyadarinya. (Az-Zumar: 55)
Yakni dari arah yang tidak kamu ketahui dan tidak kamu sadari kedatangannya. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:
{أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَى عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ}
supaya jangan ada orang yang mengatakan, “Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah.” (Az-Zumar: 56)
Artinya, kelak di hari kiamat orang yang berdosa merasa menyesal karena kelalaiannya hingga belum sempat bertobat dan kembali ke jalan Allah, sehingga saat itu ia menginginkan seandainya saja dirinya termasuk orang-orang yang berbuat baik, ikhlas, lagi taat kepada Allah (Subhanahu wa Ta’ala).