Pendapat semacam ini tentu saja tidak bisa diterima karena akan meragukan keaslian Al-Qur`an itu sendiri. Al-Qur`an telah sampai kepada kita melalui jalur periwayatan yang sangat kuat, dihafal dan dibaca oleh banyak sahabat Nabi di setiap generasi.
Sebaliknya, hadits diriwayatkan oleh satu atau dua individu yang mungkin saja melakukan kesalahan. Meskipun kemudian diriwayatkan oleh banyak orang, kesalahan tersebut tetap bisa menyebar. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam menerima hadis.
Sebelum kita menolak atau menerima suatu hadis, kita perlu memahami bahwa tidak semua hadis itu otentik. Penting bagi kita untuk memiliki pengetahuan tentang cara membedakan antara hadis sahih, dhaif, dan palsu. Dengan demikian, kita bisa lebih bijak dalam memahami dan mengamalkan ajaran Nabi.
Satu hal yang saya rasa kurang dari buku ini adalah pembahasan mengenai predestinasi atau takdir. Meski penulis mengkritik beberapa hadis terkait topik tersebut, namun belum ada pandangan alternatif yang komprehensif ditawarkan.
Saya memahami bahwa isu takdir adalah masalah yang kompleks dan sulit dipahami, namun saya berharap ada penjelasan lebih mendalam tentangnya.
*) Artikel ini telah tayang di suaramuhammadiyah.id
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News