Buta Mata Hati
UM Surabaya

*) Oleh: Muhammad Nashihudin, MSi
Ketua Majelis Tabligh PDM Jakarta Timur

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اَفَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَ رْضِ فَتَكُوْنَ لَهُمْ قُلُوْبٌ يَّعْقِلُوْنَ بِهَاۤ اَوْ اٰذَا نٌ يَّسْمَعُوْنَ بِهَا ۚ فَاِ نَّهَا لَا تَعْمَى الْاَ بْصَا رُ وَلٰـكِنْ تَعْمَى الْـقُلُوْبُ الَّتِيْ فِى الصُّدُوْرِ

“Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.”
(QS. Al-Hajj 22: Ayat 46)

Pemberian lebel buta pada orang orang yang kufur pantas serta memuaskan dan penting karena begitu banyak tanda tanda kekuasaan Allah SWT yang ada di langit dan bumi tidak menyadarkan mereka untuk menerima kebenaran yang hakiki.

Karena kesombongan, angkuh membuat orang orang kafir semakin berani untuk menentang Allah SWT. Padahal Dia yang telah memberikan segala kenikmatan pada mereka sehingga pantaslah mereka akan digiring ke neraka.

Jika buta fisik masih bisa ditolerir dan ditolong, namun jika yang buta itu mata hatinya, maka celakalah untuk selamanya

1. Kekufuran membuat orang orang munafik buta dan menolak alhaq

صُمٌّۢ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُوْنَ

“Mereka tuli, bisu, dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 18)

2. Buta Hati

وَلَـقَدْ ذَرَأْنَا لِجَـهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَا لْاِ نْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ اٰذَا نٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَا ۗ اُولٰٓئِكَ كَا لْاَ نْعَا مِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ

“Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.”
(QS. Al-A’raf 7: Ayat 179)

3. Kajian Tafsir Ibnu Katsir
tentang orang orang yang buta di hari akhirat Thaha, ayat 123-126
{قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى (123) وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا (125) قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (126) }

Allah berfirman, “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain, maka jika datang kepada kalian petunjuk dari-Ku, lalu barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari per ingatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” Berkatalah ia, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman, “Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.”

Allah berfirman kepada Adam, Hawa, dan iblis, “Turunlah kalian semua dari surga!” Penjelasan mengenai hal ini telah kami kemukakan dalam tafsir surat Al-Baqarah.

{بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ}

sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain. (Thaha: 123)

Yakni Adam dan keturunannya lawan iblis dan keturunannya. Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:

{فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى}

maka jika datang kepada kalian petunjuk dari-Ku. (Thaha: 123)

Abul Aliyah mengatakan yang dimaksud dengan petunjuk ialah melalui para nabi dan para rasul serta keterangan yang disampaikan mereka.

{فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى}

lalu barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (Thaha: 123)

Ibnu Abbas mengatakan, bahwa dia tidak akan sesat di dunia ini dan tidak akan celaka di akhiratnya nanti.

{وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي}

Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku. (Thaha: 124)

Yaitu menentang perintah-Ku dan menentang apa yang Kuturunkan kepada rasul-rasul-Ku, lalu ia berpaling darinya dan melupakannya serta mengambil petunjuk dari selainnya.

{فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا}

maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. (Thaha: 124)

Yakni kehidupan yang sempit di dunia. Maka tiada ketenangan baginya dan dadanya tidak lapang, bahkan selalu sempit dan sesak karena kesesatannya; walaupun pada lahiriahnya ia hidup mewah dan memakai pakaian apa saja yang disukainya, memakan makanan apa saja yang disukainya, dan bertempat tinggal di rumah yang disukainya. Sekalipun hidup dengan semua kemewahan itu, pada hakikatnya hatinya tidak mempunyai keyakinan yang mantap dan tidak mempunyai pegangan petunjuk, bahkan hatinya selalu khawatir, bingung, dan ragu. Dia terus-menerus tenggelam di dalam keragu-raguannya. Hal inilah yang dimaksudkan dengan penghidupan yang sempit.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini