*)Oleh: Ahmad Zainal Arifin
KMM PDM Sampang
Masjid, bangunan di muka bumi yang paling dicintai oleh Allah Swt. Sebaliknya pasar merupakan tempat yang paling dibenci olehNya.
Rasulullah bersabda yang artinya, “Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid, dan tempat yang paling dibenci Allah adalah pasar” (HR Muslim).
Hal tersebut karena masjid memiliki keistimewaan tersendiri dibanding yang lain. Hal ini karena masjid merupakan sumber kebaikan. Banyak kebaikan yang bisa dilakukan di masjid misalnya berdikir, salat, tilawah al Qur’an, sedekah dan sebagaimanya.
Bahkan cukuplah kemuliaan masjid bagi kita di saat Allah sendiri sandarkan masjid dengan namaNya. Sebagaimana dalam surat Al Jin ayat 18, Allah berfirman:
وَّاَنَّ الْمَسٰجِدَ لِلّٰهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللّٰهِ اَحَدًاۖ
Sesungguhnya masjid-masjid itu milik Allah. Maka, janganlah menyembah apa pun bersamaan dengan (menyembah) Allah.
Masjid itu dimuliakan dan Dijadikan tempat Berdzikir
Sebagaimana firman Allah dalam surat An Nur ayat 36 dan 37;
فِيْ بُيُوْتٍ اَذِنَ اللّٰهُ اَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيْهَا اسْمُهٗۙ يُسَبِّحُ لَهٗ فِيْهَا بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِۙ ٣٦
“(Cahaya itu ada) di rumah-rumah yang telah Allah perintahkan untuk dimuliakan dan disebut di dalamnya nama-namaNya. Di dalamnya senantiasa bertasbih kepada-Nya pada waktu pagi dan petang”
Kata ‘an turfa’a’ yang bermakna masjid itu dimuliakan ini mencakup dengan sarana dan fisik masjid seperti membangunnya, membersihkan, memberi harum-haruman termasuk juga memelihara dari kerusakannya.
Sedang kata ‘yudzkara fiihasmuhu’ mencakup program non materi di dalamnya, seperti rangkaian ibadah di dalamnya, misal salat, baca Al Qur’an, berzikir, majelis taklim dan sebagainya.
Siapa yang terkoneksi dengan masjid?
Diantara mereka adalah seorang lelaki sejati yang hatinya terpaut dengan masjid, tidak dilalaikan dengan bisnis di dunia.
Sebagaimana lanjut ayat tersebut,
رِجَالٌ لَّا تُلْهِيْهِمْ تِجَارَةٌ وَّلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَاِقَامِ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءِ الزَّكٰوةِۙ يَخَافُوْنَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيْهِ الْقُلُوْبُ وَالْاَبْصَارُۙ ٣٧
“sekumpulan Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat)”.
Inilah laki-laki sejati yang digambarkan oleh Al Qur’an. Laki-laki yang teguh memegang perintah Allah. Kesibukan dunianya tidak menjadi penghalang iman dan cintanya dengan Allah Swt.
Laki-laki yang mampu melangkahkan kakinya ke masjid di setiap waktu salat saat terdengar lantunan muadzin memanggilnya.
Namun bagaimana dengan realita di lapangan?
Masjid yang megah dengan biaya miliaran tak jarang hanya diminati oleh para Lansia, usia 60 tahun ke atas yang badannya sudah melemah bahkan parfum mereka cukup minyak angin atau balsem kesukaan mereka. Tak terlihat pemuda atau lelaki sejati sebagaimana Gambaran Alquran di atas.
Memang begitu miris dan mengkhawatirkan ketika karakter lelaki sejati yang tidak hanya kuat fisiknya tapi juga kuat jiwanya untuk istiqomah menjaga koneksi dirinya dengan Allah tidak banyak ditemui di masjid.
Padahal kesuksesan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat sangat bergantung benarnya pemahaman dan pengamalan nilai agama seseorang.
Realita di lapangan ini harus menjadi bahan pemikiran kita semua khususnya para takmir masjid agar bisa berkreasi berinovasi dengan program-program yang ramah generasi pemuda, ramah pelajar demi mewujudkan mewujudkan generasi lelaki sejati yang senantiasa terkoneksi untuk beribadah di masjid-masjid Allah Swt, serta menjadi generasi penerus dakwah ini.
Wallohu A’lam bish showab.
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News