Rasa Malu pada Sesama Manusia
Malu inilah yang mengekang seorang hamba untuk melakukan perbuatan yang tidak pantas. Dia merasa risih jika ada orang lain yang mengetahui kekurangan yang dia miliki.
Rasa malu dengan sesama akan mencegah seseorang dari melakukan perbuatan yang buruk dan akhlak yang hina.
Sebenarnya rasa malu yang sangat menentukan ialah rasa malu kepada Allah SWT. Karena siapa yang benar rasa malunya dengan Allah maka ia juga akan memiliki rasa malu kepada sesama makhluk-Nya.
Paling tidak ada tiga hal yang bisa kita lakukan untuk mendorong rasa malu kepada Allah:
Sadar diri dan senantiasa memperhatikan nikmat-nikmat Allah serta karunia-Nya
Begitu besar dan banyaknya nikmat itu sehingga kita pun takkan pernah bisa menghitungnya.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ibrahim ayat 34:
وَاٰتٰىكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْهُۗ وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ ࣖ
“Dia telah menganugerahkan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim lagi sangat kufur.”
Sadar akan nikmat Allah yang begitu melimpah lahir batin, siang malam, diminta atau tidak kita minta, melahirkan sifat malu dalam hati sehingga terdorong untuk berbakti mengabdi kepada-Nya dan malu untuk melakukan perbuatan yang mendatangkan kemurkaan-Nya.
Sadar diri dan senantiasa memperhatikan betapa banyak kekurangan diri kita dalam memenuhi hak-hak Allah SWT,.
Apalagi ketika kita sadari bahwa amal kebaikan yang kita lakukan semuanya karena Rahmat dan Taufiq Allah Swt, bukan semata karena kemampuan kita sendiri.
Allah SWT menjelaskan tentang orang-orang yang senantiasa berbuat kebaikan dengan penuh rasa khawatir dan takut karena semua amal akan dimintai pertanggungjawaban di sisi-Nya:
Surat Al-Mu’minun ayat 60, Allah berfirman:
وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَآ اٰتَوْا وَّقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ اَنَّهُمْ اِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُوْنَۙ
“Dan orang-orang yang melakukan (kebaikan) yang telah mereka kerjakan dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya.”
Menyadari akan lemah dan kurangnya kita dalam mengabdi kepada-Nya menjauhkan kita dari sifat ujub dan takabur.
Ujub adalah penyakit berbahaya bagi seorang yang melakukan kebaikan namun tidak pandai bermuhasabah atas kebaikannya sehingga dalam hatinya ia bangga dan takjub.
Selangkah lagi, ujub yang diperturutkan ini akan melahirkan sifat sombong dalam hati. Na’udzubillah min dzalik.
Sadar diri bahwa Allah senantiasa memperhatikan kita di setiap waktu dan keadaan
Tidak ada sedikit pun dari kita yang tersembunyi dari perhatian Allah Swt. Lahirlah sikap muraqabah, merasa dekat dengan Allah SWT.