*) Oleh: Dr. Husamah, S.Pd., M.Pd,
Guru dan Pendidik Calon Guru di Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
Setiap tanggal 25 November, kita memperingati Hari Guru Nasional (HGN), sebuah momen penting untuk mengapresiasi jasa para pahlawan tanpa tanda jasa yang terus mencurahkan dedikasinya bagi pendidikan bangsa.
Tahun ini, dengan tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat,” peringatan HGN 2024 memberikan pengingat bahwa guru tidak hanya sebagai pendidik, tetapi juga pencerah peradaban yang membentuk masa depan bangsa.
Namun, di tengah semangat ini, berbagai tantangan masih menjadi pekerjaan rumah besar yang harus diatasi bersama. Berikut adalah tiga refleksi untuk menghayati peran guru dan komitmen kita sebagai bangsa dalam mendukung mereka.
Guru adalah tonggak peradaban yang mengantarkan generasi muda menuju masa depan yang lebih baik.
Dalam konteks Indonesia, jumlah guru yang mencapai 3,39 juta orang, termasuk 845 tenaga pengajar di luar negeri, adalah potensi besar bagi bangsa ini.
Namun, menjadi pencerah tidaklah mudah. Guru harus menghadapi tantangan besar, mulai dari persoalan kompetensi hingga perubahan zaman yang menuntut adaptasi terhadap teknologi.
Seiring perkembangan dunia, peran guru sebagai pencerah peradaban semakin krusial. Mereka tidak hanya bertugas menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga mendidik karakter, membentuk kepribadian, dan membangun pola pikir kritis siswa.
Dalam era teknologi, peran ini semakin diperluas dengan kebutuhan untuk mencetak generasi yang melek digital tanpa kehilangan nilai-nilai kebangsaan.
Disadari, menjadi pencerah di tengah berbagai keterbatasan tentu tidak sederhana. Kompetensi yang belum merata dan minimnya inovasi dalam pembelajaran masih menjadi kendala.
Kemendikbudristek sendiri mencatat bahwa skor kompetensi guru di Indonesia perlu ditingkatkan agar pola pembelajaran yang inovatif dan relevan dapat diterapkan. Meski demikian, guru tetaplah pilar utama yang mampu membawa harapan baru.
Dengan bimbingan, dukungan, dan apresiasi yang memadai, mereka mampu menjadi pelita yang menerangi generasi mendatang.
Tantangan dalam dunia pendidikan di Indonesia memang kompleks. Masalah sertifikasi, distribusi guru yang tidak merata, hingga persoalan kesejahteraan menjadi isu yang membutuhkan perhatian serius.
Sebagai contoh, masih banyak guru honorer yang menerima gaji di bawah standar UMR, sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kesejahteraan yang minim tidak hanya berdampak pada kualitas hidup mereka, tetapi juga pada semangat dan kinerja dalam mendidik siswa.
Tak hanya itu, perkembangan teknologi juga menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, teknologi memberikan peluang besar bagi inovasi pembelajaran.