Namun, di sisi lain, masih banyak guru yang kesulitan beradaptasi dengan perubahan ini. Hambatan seperti kurangnya pelatihan, keterbatasan akses terhadap perangkat digital, hingga minimnya pendampingan menjadi kendala utama.
Di tengah segala tantangan ini, komitmen untuk menjadi pendidik yang hebat tetaplah menjadi harapan yang harus diwujudkan.
Guru harus terus beradaptasi, berinovasi, dan membangun kolaborasi untuk mencetak generasi yang cerdas secara holistik.
Namun, upaya ini tidak dapat berjalan sendiri. Pemerintah, masyarakat, dan seluruh elemen bangsa harus turut berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang mendukung bagi para guru.
Kebijakan Nyata
Hari Guru Nasional bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momen refleksi untuk memperbarui komitmen kita terhadap pendidikan.
Pemerintah sebagai regulator memiliki tanggung jawab besar untuk menghadirkan kebijakan yang benar-benar mendukung guru sebagai pencerah peradaban.
Mulai dari penyelesaian persoalan pendataan guru, pemerataan distribusi, peningkatan kompetensi, hingga perlindungan hukum bagi guru harus menjadi prioritas utama.
Kebijakan saja tidak cukup jika tidak diiringi dengan eksekusi nyata. Contohnya, pemberian pelatihan berbasis teknologi yang merata dan berkelanjutan dapat menjadi solusi untuk mengatasi kesenjangan kompetensi.
Selain itu, penguatan sistem pendataan yang akurat akan membantu dalam menentukan kebutuhan supply dan demand guru secara tepat.
Tak kalah penting, peningkatan kesejahteraan harus diwujudkan melalui alokasi anggaran yang memadai, sehingga guru dapat menjalankan tugasnya tanpa dibebani oleh kekhawatiran akan kebutuhan hidup.
Di sisi lain, masyarakat juga memiliki peran besar dalam mendukung profesi guru. Menghormati dan menghargai guru bukan hanya soal memberikan penghormatan secara formal, tetapi juga mendukung upaya mereka dalam mendidik generasi muda.
Sebagai orang tua, kita perlu menjadi mitra yang mendukung, bukan menjadi pihak yang melemahkan melalui kritik destruktif atau tekanan berlebihan.