*)Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Wakil Ketua Majelis Tabligh PWM Jatim
الحمد لله الذي أصلحَ الضمائرَ، ونقّى السرائرَ، فهدى القلبَ الحائرَ إلى طريقِ أولي البصائرِ، وأشهدُ أَنْ لا إلهَ إلا اللهُ وحدَه لا شريكَ له، وأشهدُ أن سيِّدَنا ونبينا محمداً عبدُ اللهِ ورسولُه، أنقى العالمينَ سريرةً وأزكاهم سيرةً، (وعلى آله وصحبِه ومَنْ سارَ على هديهِ إلى يومِ الدينِ.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيد يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Jamaah saalat Jumat yang disayangi Allah
Dalam Alquran terdapat beberapa nama penting yang diabadikan agar menjadi pelajaran bagi kita. Antara lain terdapat nama Qarun, Fir’aun, dan Haman.
“Sungguh, telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa) keterangan-keterangan yang nyata. Tetapi mereka berlaku sombong di bumi, dan mereka orang-orang yang tidak luput (dari azab Allah). (QS. Al-Ankabut : 39)
Allah secara sengaja meletakkan nama Qarun sebelum menyebut nama Fir’aun dan Haman. Padahal Fir’aun melakukan dua kejahatan besar yang sulit ada tandingannya.
Pertama, kejahatan ilahiyah. Fir’aun sebagai raja yang kuat memaksa rakyatnya untuk mengakui dirinya sebagai tuhan, dan menyembahnya.
Kedua, kejahatan kemanusiaan. Sebagai raja yang kejam, Fir’aun membuat kebijakan yang otoriter, dia menginstruksikan membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir.
Sementara Haman merupakan sosok manusia yang menjadi orang dekat Fir’aun sekaligus inspirator sang raja (Fir’aun). Di samping sebagai seorang panglima, Haman merupakan eksekutor segala urusan besar yang menjadi agenda sang raja. T
Termasuk membuat proyek-proyek bangunan besar yang ada di seluruh negeri Mesir. Haman sosok yang membuat bangunan yang tinggi untuk Fir’aun guna meyakinkan ketiadaan Tuhan yang dideklarasikan Nabi Musa.
Namun kejahatan besar yang dilakukan Fir’aun dan Haman sepertinya tidak tertandingi oleh kejahatan Qarun. Qarun merupakan sosok pengusaha sukses atau konglomerat kekayaannya tidak bisa dibayangkan kualitas dan kuantitasnya.
Secara kualitas usaha Qarun adalah barang-barang berharga seperti emas. Secara kuantitas, kekayaannya uncountable (tak bisa dihitung) dan tak terbatas.
Allah menarasikan silsilah, kekayaan, dan kebengisan Qarun, sebagaimana ayat-Nya :
“Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku zalim terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri.” (QS. Al-Qashash : 76)
Allah menunjukkan tiga prestasi yang disandangkan pada Qarun, sehingga pantas dicatat sebagai manusia istimewa.
Pertama, keluarga Nabi Musa. Qarun dikatakan sebagai kaumnya Nabi Musa. Dalam sejarah dikatakan bahwa silsilah Qarun merupakan anak paman Nabi Musa. Sehingga dia sangat mengetahui ajaran kebenaran yang dibawa oleh Nabi Musa.
Namun kedekatan silsilah dengan sosok ‘ulul ‘ammi (Nabi Musa) justru tidak memiliki keteladanan perilaku.
Kedua, kekayaan melimpah. Qarun memiliki kekayaan yang tak tertandingi di negerinya. Allah menggambarkan kunci-kunci gudang kekayaan Fir’aun dibawa oleh sekelompok orang yang super kuat. Kunci-kunci itu bukan dipegang atau dibawa, tetapi dipikul. Hal ini menunjukkan kekayaannya yang sangat melimpah.
Ketiga, kedzaliman terbuka. Qarun memiliki perilaku yang zalim dan membanggakan kekayaannya. Kedzaliman dan membanggakan kekayaan itu disaksikan dan dipertontonkan kepada orang lain.
Memori masyarakat terhadap perilaku Qarun terekam begitu kuat di mata masyarakat, sehingga kaumnya sendiri sangat prihatin hingga menegurnya agar menghentikan perilaku buruk itu. Hal ini sebangun dengan praktik politik Fir’aun dan Haman yang sangat represif pada rakyat Mesir.
Ada kejahatan lain yang direkam oleh Alquran. Dia tidak mengakui kekuatan pihak lain dan berperilaku sombong. Alquran merekam kesombongan Qarun yang sulit ditandingi, sebagaimana firman-Allah :
“Dia (Qarun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka. (QS. Al-Qashash : 78)
Qarun bukan menunjukkan sikap yang elegan dan berpolitik kebangsaan. Dia justru menunjukkan kesombongan yang tak terampuni, saat dia mendeklarasikan bahwa kekayaan yang dia miliki itu berkat kepintarannya.
Kesombongan itu telah menutup memorinya untuk melihat orang-orang sebelumnya yang pernah dibinasakan karena kesombongannya. .
Praktik yang dilakukan Qarun yang di luar batas nalar dan menyakiti banyak pihak itu, harus berakhir dengan tragis. Qarun dan seluruh kekayaannya dibenamkan ke dasar bumi hingga musnah.
Allah mengabadikan peristiwa terbenamnya Qarun dan kekayaannya ke dalam bumi, sebagaimana firman-Nya:
“Maka Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.” (QS. Al-Qashash : 81)
Allah menunjukkan bahwa peristiwa tragis yang dialami Qarun dikedepankan daripada matinya sosok Fir’aun dan Haman. Allah sengaja memusnahkan manusia sombong dan angkuh terlebih dahulu.
Hal ini menunjukkan tingkat dan dampak kerusakan yang dilakukan oleh orang seperti Qarun sangat dahsyat dan massif. Kekayaan yang dia miliki bukan menggerakkan hatinya untuk membantu orang lain, tetapi justru untuk menindas orang lain.
Tenggelamnya sosok Qarun dan seluruh harta kekayaannya sengaja dipertontonkan Allah agar seluruh manusia mengetahui tingkat kerusakan yang dahsyat. Praktik ekonomi-politik Qarun ini sangat mengancam sendi-sendi bermasyarakat dan bernegara. Sehingga Allah menghancurkannya terlebih dahulu sebelum Fir’aun dan Haman.
Manusia jenis Qarun ini merupakan sosok pengusaha yang mengendalikan ekonomi suatu bangsa, dan dialah yang membuat kerusakan yang sebenarnya. Betapa tidak, satu orang bisa menguasai kekayaan tanpa bisa dikontrol oleh negara. Sosok Qarun melakukan praktik ekonomi tanpa tersentuh oleh kekuasaan.
Allah pun memberi balasan setimpal atas kejahatan Qarun karena mempertontonkan kesombongan tanpa ada rasa kemanusiaan sedikitpun, sebagaimana firman-Nya :
“Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashash : 83)
Kekafiran dan Kebinasaan
Allah sengaja mempertontonkan tenggelamnya Qarun beserta kekayaannnya untuk menunjukkan hilangnya akal sehat akan berakhir tragis. Akal sehat seharusnya mengantarkan manusia untuk memilih jalan keselamatan dan menghindari kebinasaan.
Namun cara berpikir orang kafir, sebagaimana direpresentasikan Qarun justru berbalik. Oarng-orang memilih mengesampingkan akal sehatnya dan menggantinya dengan memprioritaskan kepentingan sesaat.
Alquran menggambarkan secara naratif cara berpikir terbalik orang kafir, yang memilih kebinasaan dan mengesampingkan keselamatan. Kebandelan mempertahankan keyakinan yang salah melahirkan penolakan membabi buta.
Allah menggambarkan jurus orang kafir ketika bertahan dengan keyakinannya, sebagaimana firman-Nya:
وَإِذۡ قَالُواْ ٱللَّهُمَّ إِن كَانَ هَٰذَا هُوَ ٱلۡحَقَّ مِنۡ عِندِكَ فَأَمۡطِرۡ عَلَيۡنَا حِجَارَةٗ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ أَوِ ٱئۡتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٖ
“Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, “Ya Alloh, jika (Al-Qur’an) ini benar (wahyu) dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (QS. Al-Anfal : 32)
Allah menunjukkan bahwa akar penolakan terhadap kebenaran, karena menolak adanya hari kebangkitan. Penolakan terhadap hari berbangkit mendorong lahirnya berbagai kejahatan.
Para pelaku kejahatan yang menumpuk harta, kekayaan, dan berbagai fasilitas hidup serta menikmati seluruh kenikmatan ini. Dorongan menikmati hidup secara bebas inilah yang mendorong untuk terus menumpuk harta hingga bergelimang dalam kesesatan dan kemaksiatan. Alquran mengabadikan hal itu, sebagaimana firman-Nya :
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, Kami jadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan mereka (yang buruk), sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan.” (QS. An-Naml : 4)
Episode sosok Qarun merupakan replikasi narasi Al-Qur’an yang menggambarkan manusia yang bergelimang dengan harta dan kenikmatan duniawi. Keindahan dan kenikmatan itu justru melahirkan kesombongan.
Kesombongan jelas menutup hati nurani hingga pada puncaknya akan menolak kebenaran. Pada puncak kesombongan akan menghalangi kebenaran yang dating, sehingga melahirkan perilaku jahat dan bengis. Pada puncak kejahatan itulah Allah mendatangkan adzab dan berujung kebinasaan.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ