Seiring berjalannya waktu, setiap hamba ingin keimanannya terus tumbuh, bertambah dan meningkat. Namun sebaliknya, seorang hamba tidak ingin keimanannya terus berkurang.
Sebagai konsekuensinya setiap hamba harus dapat menyadari penyebab dari lemahnya iman. Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
“Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah mendinding antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kalian akan dihimpunkan.” (QS. Al-Anfal: 24)
Gemetarlah hati seorang hamba yang beriman tatkala mengingat ayat ini. Dia menyadari kegembiraannya di siang dan malam hari dapat mencegahnya dari tujuan yang sebenarnya. Keimanan seorang hamba bisa saja memudar.
Terdapat tiga musuh yang menjadi penyebab melemahnya iman:
Pertama, setan dan bisikannya. Dalam Alquran disebutkan:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ. ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Iblis menjawab, “Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, aku benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al-Araf: 16-17).
Dari sini iblis telah mengumumkan pertempuran panjangnya dengan umat manusia. Kemudian juga disebutkan:
وَاسۡتَفۡزِزۡ مَنِ اسۡتَطَعۡتَ مِنۡهُمۡ بِصَوۡتِكَ وَاَجۡلِبۡ عَلَيۡهِمۡ بِخَيۡلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكۡهُمۡ فِى الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَوۡلَادِ وَعِدۡهُمۡ ؕ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيۡطٰنُ اِلَّا غُرُوۡرًا
“Dan perdayakanlah siapa saja di antara mereka yang engkau (Iblis) sanggup dengan suaramu (yang memukau), kerahkanlah pasukanmu terhadap mereka, yang berkuda dan yang berjalan kaki, dan bersekutulah dengan mereka pada harta dan anak-anak lalu beri janjilah kepada mereka. Padahal setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka.” (QS. Al Isra: 64)
Mereka iblis bersekongkol untuk memerangi umat manusia, dan mereka senantiasa menghiasinya dengan kepalsuan.
Mereka dapat menghasut manusia dari jalan mana pun, bisa melalui jabatan, uang, dan lainnya. Mereka juga mendorong kepada dosa-dosa kecil agar menjadi dosa besar.
Allah Azza wa Jalla telah mengabarkan bahwa syaitan merupakan musuh yang nyata bagi Bani Adam, maka orang yang beriman harus senantiasa berjuang keras untuk menyelamatkan dirinya dari godaan setan.
Kedua, dunia dan godaannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إن الدنيا حلوة خضرة
“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau.”
Jiwa manusia dapat tergoda akan manisnya kehidupan dunia daripada manisnya nanti di hari akhir.
Manusia dapat disibukkan dengan dunia ini. Sementara untuk urusan akhiratnya menjadi lemah. Hatinya menjadi terikat akan kesenangan dunia yang fana ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنْ أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُلْهِيَكُمْ كَمَا أَلْهَتْهُمْ
“Demi Allah bukan kemiskinan yang aku takutkan pada kalian, tapi aku takut dunia dibentangkan untuk kalian seperti halnya dibentangkan pada orang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba meraihnya sebagaimana mereka berlomba-lomba, lalu dunia itu membinasakan kalian seperti halnya mereka binasa.” (HR. Bukhari)
Ketika hati seorang hamba terikat dengan dunia, maka hubungan mereka dengan akhirat menjadi lemah, dan tentunya ini akan mempengaruhi tingkat keimanan seorang hamba.
Ketiga, teman yang buruk. Seorang teman dapat mempengaruhi pribadi seseorang, jika temannya buruk maka dia akan memiliki kepribadian yang serupa.
Teman yang buruk tidak ingin kebaikan bagi teman lainnya, dan ini akan melemahkan keimanan seorang hamba.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنما مَثَلُ الجليس الصالح والجليس السوء، كحامل المسك ونافخ الكير؛ فحامل المسْكِ إما أن يُحذِيَكَ، وإما أن تبتاع منه، وإما أن تجد منه ريحًا طيبةً، ونافخ الكير إما أن يحرق ثيابك، وإما أن تجد منه ريحًا خبيثة
“Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk adalah sebagai pembawa minyak misik yang baunya harum dan peniup perapian pandai besi.
Pembawa minyak misik ada kalanya memberikan minyaknya padamu, atau engkau dapat membelinya, atau setidak-tidaknya engkau dapat memperolehi mencium bau yang harum daripadanya.
Ada pun peniup perapianmu, maka ada kalanya akan membakarkan pakaianmu atau engkau akan memperolehi bau yang busuk daripadanya.” (muttafaqun ‘alaih). (*/tim)