Menghalau Tipu Daya Setan
foto: lightofislam
UM Surabaya

*) Oleh: Zainal Arifin,
Anggota Korps Mubaligh Muhammadiyah Kabupaten Sampang

Sadarkah kita bahwa setiap diri ini memiliki musuh besar? Musuh yang sangat menginginkan kita sesat dan celaka.

Musuh ini tidak terlihat, namun memiliki banyak tipu daya untuk mencapai tujuannya. Dialah setan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memperingatkan manusia agar tidak tergoda olehnya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah berhasil mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga.” (QS. Al-A’râf: 27)

Oleh karena itu, dengan rahmat-Nya, Allah memerintahkan manusia untuk menjadikan setan sebagai musuh. Allah Azza wa Jalla berfirman:

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Sesungguhnya setan itu adalah musuh nyata bagimu, maka jadikanlah ia musuhmu, karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fâthir: 6)

Isi Hati: Sasaran Utama Setan

Salah satu sasaran utama setan adalah hati manusia. Ketika hati berhasil dirusak, maka rusaklah ibadahnya. Akibatnya, ibadah yang dilakukan tidak lagi memiliki nilai di sisi Allah.

Setan menggoda manusia untuk melakukan ibadah dengan niat yang tidak ikhlas, misalnya riya’, yakni memperlihatkan ibadah agar dilihat dan dipuji orang lain.

Riya’ tidak hanya merusak pahala ibadah, tetapi juga termasuk syirik kecil yang sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah SAW.

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Satu-satunya cara adalah kembali mengikhlaskan segala ibadah hanya untuk Allah. Ikhlas adalah syarat mutlak untuk menjaga nilai ibadah.

Allah SWT berfirman:

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Ikhlas melalui Tadabbur Bacaan Salat

Setiap rakaat salat mengandung ayat yang mempertegas keikhlasan, seperti firman Allah:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.”

Menurut Jalaluddin Al-Mahalli, ayat ini mengandung makna mendalam:

  • “Hanya kepada-Mu kami menyembah” berarti menegaskan tauhid dan berlepas diri dari segala bentuk syirik.
  • “Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan” mengajarkan tawakal dan menyingkirkan rasa ujub atau sombong.
  • Ibn Katsir menambahkan bahwa urutan ayat ini menunjukkan bahwa ibadah adalah tujuan, sementara meminta pertolongan adalah wasilah (sarana).

Hati adalah pusat ibadah. Jika hati bercampur dengan riya’ atau kesyirikan, maka rusaklah ibadah kita. Allah hanya menerima amal yang tulus ikhlas.

Sebagai makhluk yang diciptakan untuk beribadah kepada Allah, menjaga hati adalah kewajiban utama kita.

“Jagalah hatimu agar terpelihara ibadahmu.”

Wallahu a’lam bish-shawab. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini