Kisah Kasih Kehidupan antara Smartphone dan Waktu

“Ayah katak ini memiliki pekerjaan yang sangat penting. Dia menjaga telur-telur yang dihasilkan katak betina, melindungi mereka dari lebah yang lapar dengan jarum sengat yang tajam.”

Paragraf tersebut adalah narasi yang menyertai foto seorang wartawan BBC dari hutan Costa Rica. Cobalah perhatikan sejenak, sang ayah katak benar-benar mengawasi telur-telur yang berada di sampingnya tersebut.

Allah yang telah menggerakkan katak itu sehingga rela menjaga dan mengayomi anak-anaknya, tentu juga memberi sifat yang sama kepada manusia.

Maka kita saksikan semua orang tua pasti mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak-anak mereka. Mulai dari bermain bersama, sampai mendengarkan celoteh mereka tentang teman-temannya.

Hingga suatu hari kita memasukkan smartphone ke dalam rumah-rumah kita. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan smartphone, tetapi kitalah yang tidak bisa bersikap adil.

Waktu yang kita habiskan untuk memandangi gadget lebih lama dari memandangi wajah anak-anak dan tingkah lucu mereka. Senyum-senyum kita lebih sering saat di depan gadget daripada di depan mereka.

Saat anak-anak menyodorkan buku cerita mereka, kita membacakan cerita tersebut sambil tidak lepas sedikit-sedikit melirik handphone. Akibatnya anak merasa hambar dengan ceritanya. Tidak seru lagi seperti dulu.

Puncaknya, agar kita semakin leluasa dan bebas gangguan, maka anak-anak pun dibelikan gadget pula. Tanggung jawab orang tua untuk mengasuh, membersamai, dan mencurahkan kasih sayang kini sudah diambil alih oleh gadget tersebut.

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Seorang presiden adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawabannya.

Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawabannya. Seorang istri dalam rumah tangganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawabannya.” (HR.Bukhari)

Mari mulai bersikap adil kepada smartphone, serta mengembalikan kasih sayang anak-anak sebagaimana kita kecil dulu juga menerimanya dari orang tua kita.

Ketika kita mulai aktif memberikan kontribusi, menyeru pada perbaikan, baik melalui wadah organisasi atau gerakan sosial kemasyarakatan, tentu ada tuntutan dan pengorbanannya.

Waktu menempati urutan yang pertama. Dari ritme yang semula kuliah-kantin-kamar kos bagi yang masih mahasiswa, atau kantor-kafe-rumah bagi yang sudah bekerja, kegiatan kita menjadi bertambah. Harus ke sekretariat, tempat rapat, atau lokasi kegiatan.

Semakin dalam kita terlibat, misal ketika telah menjadi pengurus inti sebuah organisasi, tuntutannya akan semakin bertambah, baik tenaga, pikiran, dan juga dana.

Di situlah letak titik ujiannya, mensinergikan agenda prioritas pribadi diri kita dan amanah organisasi.

Jika kita tidak manage dengan baik, alokasi waktu yang semestinya untuk agenda strategis seperti belajar dan atau menyelesaikan tugas pekerjaan, dapat tersedot untuk menuntaskan amanah organisasi.

Bahkan, kebiasaan amal yaumi kita juga dapat terganggu, seperti frekuensi tilawah, puasa sunah, dan salat malam.

Akibatnya bisa bermacam-macam, kuliah atau praktikum titip absen, skripsi terbengkalai, futur (menjadi malas beramal), kerjaan tidak beres, anak kurang mendapat perhatian, dan sebagainya.

Itulah barang kali rahasia kenapa kita dituntut menjadi pribadi yang paripurna (al kamarul fardi) sebelum menapaki medan kontribusi.

Keimanan dan kebiasaan kita mengerjakan amaliah sunah, harapannya mampu membantu kita kuat mempertahankan kebiasaan-kebiasaan baik sebelumnya, di tengah tuntutan amanah organisasi.

Ada pun terkait waktu, pesan seorang senior masih terngiang sampai dengan hari ini. Saat itu (semester 2 kuliah) niatnya mengadu, “Mas, bagaimana jika saya kurangi amanah organisasi? Karena agak kerepotan ini”.

Beliau menanggapi, “Tidur sampean berapa jam? nonton TV berapa lama? nge-game, baca koran tiap hari? itu dulu coba yang dikurangi, hal yang sama-sama baik coba disinergikan”.

Tidak mudah memang, tapi besarnya pahala sebanding dengan beratnya ujian. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini