Muhammadiyah Jadi Pilar Pendidikan Swasta di Indonesia
UM Surabaya

Muhammadiyah telah menjadi salah satu organisasi besar di Indonesia yang menaungi institusi pendidikan swasta, menjadikannya rumah bagi jutaan siswa dan ribuan guru di seluruh negeri. Organisasi ini memegang peran signifikan dalam pengembangan pendidikan di Tanah Air.

Hal tersebut disampaikan oleh Abdul Mu’ti, Mendikdasmen RI, pada Sidang Pleno Tanwir I Muhammadiyah periode Muktamar ke-48 di Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK), pada Jumat (6/12/2014)

Menurut data resmi 2023, Muhammadiyah memiliki 5.354 sekolah dan madrasah di seluruh Indonesia. Sementara itu, pada April 2024 tercatat sekitar 1.054.000 siswa menimba ilmu di institusi Muhammadiyah.

“Jumlah guru yang mengajar di sekolah Muhammadiyah juga sangat banyak, termasuk di antaranya para guru yang lulus seleksi P3K,” ujar Mu’ti.

Dari total 110.000 guru yang berhasil lolos P3K, lebih dari 10.000 di antaranya adalah guru Muhammadiyah, menunjukkan kontribusi besar Muhammadiyah dalam dunia pendidikan.

Namun, ia juga menyoroti adanya kekhawatiran terkait pengangkatan guru P3K yang mengakibatkan beberapa sekolah Muhammadiyah kehilangan tenaga pengajarnya.

Untuk mengatasi hal ini, Kemendikdasmen RI sedang mengkaji kebijakan baru agar guru-guru P3K dapat kembali mengajar di sekolah swasta asal mereka, termasuk sekolah Muhammadiyah.

Abdul Mu’ti juga menggarisbawahi pentingnya dukungan Muhammadiyah dalam mewujudkan pendidikan berkualitas untuk semua. Ia menyebutkan bahwa kualitas pendidikan, termasuk mutu guru, menjadi kunci keberhasilan program ini.

Upaya menghadirkan pendidikan berkualitas tidak hanya terbatas pada jalur formal, tetapi juga melalui pendidikan nonformal yang diinisiasi oleh komunitas atau relawan.

Dalam kerja sama ini, beberapa majelis Muhammadiyah memiliki peran strategis, seperti Lembaga Pengembangan Cabang, Ranting, dan Pembinaan Masjid (LPCRPM) serta Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM).

Menurut Mu’ti, kedua lembaga ini sangat penting untuk mengembangkan pendidikan di wilayah terpencil (3T), baik melalui sekolah formal maupun kegiatan berbasis komunitas. Upaya ini diharapkan dapat memperluas akses pendidikan bermutu bagi seluruh masyarakat. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini