Al-Qur’an mengabadikan fenomena pengorbanan untuk berhala, sebagaimana firman-Nya :
وَيَجۡعَلُونَ لِمَا لَا يَعۡلَمُونَ نَصِيبٗا مِّمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ ۗ تَٱللَّهِ لَتُسۡـَٔلُنَّ عَمَّا كُنتُمۡ تَفۡتَرُونَ
“Dan mereka sediakan untuk berhala-berhala yang mereka tiada mengetahui (kekuasaannya), satu bagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada mereka. Demi Allah, sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah kamu ada-adakan. (QS. An-Naĥl :56)
Oleh karena itu muncul berberapa pertanyaan menggelitik, mengapa manusia menolak untuk memberi sebagian rizkinya kepada orang yang jelas-jelas (pembantu/budak).
Padahal ketika memberi kepada pembantunya, Allah menjamin kemuliaan, dan mereka yang diberi Sebagian rezekinya, akan loyal membantunya sekuat tenaga.
Tetapi ketika dilarang mempersekutukan-Nya, manusia justru lebih mengabrakan dirinya dengan berhala. Bahkan manusia, baik secara sukarela atau terpaksa, menyisihkan sebagian rizkinya kepada berhala.
Di sisi lain, Allah sudah memastikan bahwa seluruh rizki makhluk telah menjadi tanggung jawaab-Nya. Allah memberi penghidupan seluruh binatang, tumbuhan dan makhluk apapun di bumi dan langit.
Uniknya, manusia justru mengorbankan dirinya dengan mengeluarkan hartanya untuk kepentingan berhalanya.
Di sinilah kontradiksinya, dimana manusia menjalani larangan Alah dengan mendekatkan dirinya kepada berhala.
Manusia menyisihkan kekayaannya untuk mempersembahkan dirinya kerada berhala. Padahal berhala itu tidak memberi manfaat apa pun kepada dirinya. Hal ini diabadikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
وَيَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَمۡلِكُ لَهُمۡ رِزۡقٗا مِّنَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ شَيۡـٔٗا وَلَا يَسۡتَطِيعُونَ
“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan rezeki kepada mereka sedikit pun dari langit dan bumi dan tidak berkuasa (sedikit jua pun). (QS. An-Naĥl :73)
Allah menunjukkan bahwa makhluk yang ada di langit dan bumi tidak memiliki kuasa atau menentukan baik buruknya manusia.
Seluruh makhluk itu justru yang butuh terhadap Allah. Dengan kata lain, ketika manusia menggantungkan diri beserta nasibnya, maka Allah lah yang menanggung seluruh rizki, termaik baik-buruknya seluruh makhluk-Nya. (*)
Surabaya, 10 Desember 2024
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News