Modernisasi Manajemen Organisasi Muhammadiyah – Memasuki abad kedua berjalannya Persyarikatan Muhammadiyah, tentu saja mengalami pelbagai tantangan baik yang datang dari internal maupun eksternal persyarikatan.
Tantangan dari internal berasal dari pengembangan persyarikatan, Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang mengglobal, sampai dengan keluhan ranting yang mengalami defisit ulama.
Sekretaris PP Muhammadiyah Muhammad Sayuti dalam acara Peneguhan Visi dan Komitmen Anggota PDM Bantul di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Kamis (1/6/2023), menegaskan tiga pendekatan untuk menjawab tantangan yang saat ini dihadapi dan menggelorakan syiar Persyarikatan Muhammadiyah.
Modernisasi Manajemen Organisasi Muhammadiyah
Tiga pendekatan yang perlu dilakukan untuk menyukseskan syiar persyarikatan adalah pendekatan bayani (penggunaan teks), pendekatan burhani (menggunakan akal), dan pendekatan irfani (menggunakan hati). Tentu saja dibarengi dengan memodernisasi sistem manajemen atau tata kelola organisasi.
Sayur menilai organisasi muhammadiyah yang besar perlu dilakukan manajemen yang lebih baik, lebih terukur dan kebermanfaatannya lebih terasa bagi masyarakat.
Kata dia, tantangan dan persoalan yang dihadapi oleh persyarikatan bisa didekati untuk mencari solusi dengan memodernisasi manajemen organisasi.
Sehingga terpetakan potensi masalah dan potensi solusi yang bisa diaplikasikan secara terukur.
Ketua PWM Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Ikhwan Ahada menegaskan kembali tentang tujuan berdirinya Muhammadiyah. Dia menekankan bahwa, Muhammadiyah hadir bukan untuk mendirikan negara Islam.
Melainkan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi perintah Agama Islam, sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Baca juga: Pancasila, Muhammadiyah, dan Sukarno
Oleh karena itu, Muhammadiyah diharapkan menjadi organisasi yang moderat sekaligus menjadi solusi bagi masalah keumatan, kebangsaan bahkan kemanusiaan universal. (*/tim)