Sombong atau takabur termasuk penyakit hati yang ada pada manusia. Dan Allah Subhanallahu Wa Ta’ala tidak menyukai orang sombong. Sombong adalah sifat iblis, sebagaimana Firman-Nya:
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,” Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan roh (ciptaan)Ku, maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.” Lalu para malaikat itu bersujud semuanya, kecuali iblis. Ia menyombongkan diri dan ia termasuk golongan yang kafir.”
(QS. Shad : 71)
“(Allah) berfirman:” Wahai iblis ! Apakah yang menghalangi kamu untuk sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kekuasaan-Ku? Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu (merasa) termasuk golongan yang (lebih) tinggi ?” (Iblis) berkata,” Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Shad : 75-76)
Dan manusia ternyata banyak yang sombong. Firman Allah dalam Alquran:
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong), dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. Luqman : 18)
Sudah jelas-jelas Allah tidak suka dengan orang sombong, tapi mengapa manusia masih banyak yang berperilaku sombong?
Saudaraku, kenalilah 3 jenis sifat sombong agar kita terhindar darinya:
Pertama, sombong terhadap Allah. Yaitu enggan mematuhi semua yang diperintah oleh Allah. Contoh seperti Firaun, Namrud, dan semua manusia yang mempersamakan dirinya dengan-Nya.
Mengingkari keesaan Allah, tidak percaya akhirat, tidak bersyukur atas nikmat-Nya.
Firman Allah dalam Alquran:
“Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaan Allah), sedangkan mereka adalah orang yang sombong.” (QS. An-Nahl: 22)
“Maka apabila manusia ditimpa bencana dia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya dia berkata,” Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku.” Sebenarnya (nikmat) itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Az-Zumar: 49)
“Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia , niscaya dia berpaling dan menjauhkan diri dengan sombong , dan apabila dia ditimpa kesusahan, niscaya dia berputus asa.” (QS. Al-Isra’: 83)
Kedua, sombong terhadap Rasul-Nya. Tidak mengikut ajaran yang dibawa mereka dan tidak beriman kepada mereka.
Mereka banyak menyelisihi tuntunan Allah dan ajaran Nabi, apakah dengan mengurangi, menambah atau dengan amalan (ajaran) baru dan Rasulullah melarangnya.
Ali radiyallahu anhu berkata: “Nabi Shaĺallahu Alaihi Wasallam bersabda : Janganlah kalian berdusta atas namaku, karena sesungguhnya siapa yang berdusta atas namaku pasti masuk neraka.” (HR. Bukhari)
Abu Hurairah radiyallahu anhu berkata: Nabi shaĺallahu alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka berarti dia telah menyiapkan tempatnya di dalam neraka.” (HR. Bukhari)
“Barang siapa mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama yang tidak terdapat dalam agama maka dengan sendirinya tertolak (tidak diterima oleh Allah).” (HR. Bukhari-Muslim)
“Barang siapa yang menjalankan sesuatu yang tidak ada sumber nash-nya dari kami, maka ia akan tertolak (tidak diterima oleh Allah).” (HR Muslim)
Ketiga, sombong terhadap makhluk. Yaitu seperti membanggakan diri, merendahkan orang lain, merasa dirinya adalah lebih bagus dari yang lain, atau sifat yang sama sepertinya.
Firman Allah dalam Alquran:
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang (riya) serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Allah meliputi segala yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Anfal: 47)
“Dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan juga tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.” (QS. Al-Isra’: 37)
Semoga kita tidak tergolong dalam golongan orang-orang yang sombong.
“Barang siapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Allah jadikan dia faham dalam urusan agamanya.” (HR Bukhari-Muslim)
Kebenaran milik Allah dan kesalahan adalah perbuatan manusia. Karena itu, apabila ada yang salah mohon dimaafkan. (*)