7 Rekomendasi Muhammadiyah untuk Ekonomi Inklusif Berkemajuan
Pembukaan Muhammadiyah Microfinance Summit III yang berlangsung di Yogyakarta. foto: ist
UM Surabaya

Para pegiat Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) dari seluruh Indonesia berkumpul dalam acara Muhammadiyah Microfinance Summit III yang berlangsung di Yogyakarta pada 12-14 Desember 2024.

Pertemuan tersebut menghasilkan tujuh rekomendasi strategis untuk mewujudkan ekosistem ekonomi inklusif berbasis Risalah Islam Berkemajuan.

Dengan tema “Membangun Korporasi Microfinance Muhammadiyah dalam Risalah Islam Berkemajuan,” acara ini dirancang untuk memperkuat peran Muhammadiyah dalam menciptakan ekosistem ekonomi yang mendukung pemberdayaan umat.

Ketua Induk BTM, Achmad Suud, menegaskan bahwa keberadaan BTM adalah upaya nyata Muhammadiyah dalam memperkuat ekonomi umat, sehingga dapat bersaing dan memiliki posisi tawar yang kuat.

“BTM juga dinilai berperan penting dalam memajukan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang seringkali kesulitan mendapatkan akses pembiayaan dari perbankan besar,” katanya.

Berikut adalah tujuh rekomendasi yang dihasilkan dari summit tersebut:

Berikut adalah tujuh rekomendasi yang dihasilkan dari summit tersebut:

1. Mengatasi Ketidakadilan Ekonomi: Ketimpangan ekonomi tidak akan terselesaikan jika kebijakan ekonomi masih berpihak pada oligarki dan mengabaikan kepentingan masyarakat kecil, khususnya para pelaku UMKM. Oleh karena itu, dibutuhkan paradigma baru yang adil dan inklusif.

2. Ekonomi Berjamaah: Dibutuhkan model ekonomi berjamaah yang mengintegrasikan ekosistem dari hulu ke hilir, seperti konsep closed loop economy, untuk memperkuat pilar ekonomi Muhammadiyah.

3. 1 BTM di Setiap PDM: Pendirian satu BTM di setiap Pimpinan Daerah Muhammadiyah menjadi langkah awal pembentukan ekosistem keuangan Muhammadiyah yang dikelola secara profesional, amanah, dan berbasis teknologi terkini.

4. Good Corporate Governance: Diperlukan penataan tata kelola BTM yang baik dengan menerapkan prinsip good corporate governance (GCG) secara terukur dan melibatkan indikator kinerja manajemen.

5. Sinergi dengan Berbagai Pihak: Pengembangan korporasi mikrofinansial Muhammadiyah memerlukan sinergi antara berbagai pihak, termasuk regulator, mitra strategis lembaga keuangan syariah, dan ekosistem internal Muhammadiyah.

6. Landasan Risalah Islam Berkemajuan: Risalah Islam Berkemajuan, hasil keputusan Muktamar ke-48 di Surakarta, menjadi landasan dan semangat inovasi dalam pengelolaan BTM. BTM juga terus menawarkan inovasi untuk menjadi pusat keuangan Muhammadiyah.

7. Optimisme terhadap Outlook 2025: Menyambut optimisme terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran yang memprioritaskan program pembangunan ekonomi inklusif, BTM tetap fokus pada mitigasi risiko dan tata kelola yang hati-hati agar keberlanjutan lembaga keuangan mikro syariah dapat terjamin.

Muhammadiyah Microfinance Summit III ini menjadi momentum penting untuk memperkuat visi Muhammadiyah dalam menciptakan keadilan ekonomi yang inklusif dan berkeadaban.n ekonomi yang inklusif dan berkeadaban. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini